Pontianak (ANTARA) - Ketua Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kalimantan Barat Wahyudi mengatakan pihaknya mendorong para apoteker untuk memberikan edukasi yang komprehensif, terutama terkait penggunaan obat yang aman dan benar kepada masyarakat.
"Peringatan Hari Apoteker Sedunia (World Pharmacists Day) 2025 di Kota Pontianak tidak hanya menjadi ajang pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tetapi juga momentum penting bagi anggota IAI Kalimantan Barat untuk mendorong peningkatan kapasitas dan peran strategis apoteker dalam sistem pelayanan kesehatan daerah," kata Wahyudi di Pontianak, Minggu.
Dia menjelaskan, rangkaian kegiatan ini tidak hanya untuk masyarakat, tetapi juga untuk meningkatkan kapasitas para apoteker agar semakin siap memberikan edukasi yang menyentuh langsung kebutuhan publik. Mulai dari edukasi DAGUSIBU, pengawasan obat, hingga komunikasi kepada anak-anak dan keluarga.
Puncak perayaan yang digelar di halaman kantor Dinas Kesehatan Kota Pontianak itu menghadirkan 360 peserta dan diisi berbagai kegiatan edukatif seperti senam bersama, edukasi gizi, donor darah, skrining gula darah, pemeriksaan mata, hingga edukasi zat berbahaya bersama BPOM. Seluruh rangkaian kegiatan dirancang untuk memperkuat kompetensi apoteker dalam komunikasi kesehatan dan pelayanan farmasi kepada masyarakat.
"Sebelumnya, IAI Kalbar juga telah melaksanakan serangkaian kegiatan edukasi bersama anak-anak TK dan SD melalui lomba mewarnai dan pengenalan dunia farmasi yang difasilitasi oleh Universitas Tanjungpura," tuturnya.
Menurut Wahyudi, kegiatan itu memberi ruang bagi apoteker muda dan mahasiswa farmasi untuk mengasah keterampilan literasi publik dan pendekatan edukatif.
Di tempat yang sama, Kepala Balai Besar POM Pontianak, Hariani menegaskan bahwa peningkatan kapasitas apoteker sangat penting untuk menghadapi tantangan keamanan obat di masyarakat. Melalui kerja sama dalam kegiatan ini, BPOM memberikan ruang bagi apoteker untuk memperdalam pemahaman mengenai DAGUSIBU, pengelolaan limbah obat, dan resistensi antimikroba (AMR).
"Kami hadir untuk memberdayakan apoteker agar semakin percaya diri dalam memberikan edukasi. Masyarakat harus diarahkan untuk berkonsultasi langsung dengan apoteker, karena merekalah yang memahami obat, penyimpanan, hingga cara membuang yang benar," kata dia.
Hariani juga memperkenalkan Program ABSO (Ayo Buang Sampah Obat) dan edukasi mengenai pengendalian resistensi antimikroba. Program-program ini, menurutnya, menjadi sarana peningkatan kapasitas apoteker dalam memberikan informasi kesehatan yang lebih luas, tidak hanya soal obat tetapi juga kosmetik, suplemen, obat tradisional, hingga pangan.
Ketua Panitia sekaligus Kepala BKMM Kota Pontianak, Sri Suharni, mengatakan kegiatan pelayanan kesehatan gratis seperti pemeriksaan mata dan skrining gula darah juga menjadi sarana bagi apoteker untuk mengasah keterampilan klinis, komunikasi, dan penyuluhan kesehatan.
"Dalam pemeriksaan gula darah misalnya, apoteker tidak hanya melakukan tes, tetapi juga memberikan edukasi mengenai penyebab, pencegahan, dan pola hidup sehat. Ini bagian dari peningkatan kapasitas mereka dalam pendekatan promotif dan preventif," katanya.
Menurut Sri Suharni, tingginya jumlah peserta menunjukkan bahwa peran apoteker semakin dibutuhkan. Ia berharap agar momentum Hari Apoteker Sedunia menjadi pemicu bagi IAI Kalbar untuk memperluas program pelatihan, literasi publik, dan kolaborasi lintas profesi.
"Dengan rangkaian kegiatan yang melibatkan edukasi, pelayanan kesehatan, dan kampanye penggunaan obat yang aman, World Pharmacists Day 2025 di Pontianak memperlihatkan komitmen IAI Kalbar memperkuat kapasitas apoteker sebagai tenaga kesehatan yang kompeten, adaptif, dan semakin dekat dengan masyarakat," tuturnya.
