Jakarta (ANTARA) - Pakar Teknologi Informasi dari Universitas Bina Nusantara Agung Trisetyarso mengatakan nama domain .id, yang merupakan country code Top Level Domain (ccTLD) Indonesia, dinilai dapat sejajar dengan sejumlah nama domain unik dunia lainnya seperti .tv (Tuvalu), .me (Montenegro), atau .co (Kolombia). Dengan catatan, masyarakat harus mendapatkan literasi internet yang memadai guna tumbuh kembangkan minat masyarakat untuk menggunakan domain .id.

"Itu (kurangnya literasi internet) tentunya sedikit banyak mempengaruhi tingkat penggunaan domain .id di Indonesia," ujarnya di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan data Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI) selaku operator domain .id, hingga Juni 2019, total pengguna domain .id di Indonesia baru mencapai angka 304.126 dari total penduduk Indonesia sebesar lebih dari 260 juta jiwa.

Sementara itu, dua negara tetangga Indonesia, Singapura dan Malaysia mencatatkan rasio penggunaan domain lokal yang cukup memuaskan. Dengan total penduduk sebesar 5,5 juta jiwa, Singapura mencatat pengguna domain .sg sebesar 118.000. Sedangkan Malaysia dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 32 juta jiwa memiliki sekitar 360 ribu pengguna domain .my.

Ketika ditanyakan perihal dukungan dari pemerintah dalam pengembangan nama domain .id, dia mengaku memahami bahwa dengan luas wilayah Indonesia yang sangat besar, menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Dia pun menekankan agar sinergi antar kementerian bisa lebih dipererat.

"Dengan masing-masing kapasitasnya, sinergi Kemenkominfo dengan Kemenristekdikti dinilai akan sangat efektif meningkatkan penggunaan domain .id," ujarnya.

Terkait dengan potensi pasar luar negeri, dimana pihak Pandi berencana untuk melakukan ekspansi nama domain .id ke luar negeri, Agung berpendapat bahwa itu merupakan hal yang positif. 

"Sangat potensial karena memiliki keunikan," tukasnya.

Program Satu Juta Domain

Pemerintah melalui Kemenkominfo sebenarnya pernah menggagas program Satu Juta Nama Domain .id gratis kepada para pelaku Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM), desa, sekolah/pesantren, dan komunitas lokal pada 2017 lalu. Namun hingga program tersebut usai, hanya sekitar 50 ribu pengguna yang mendaftar, dan bahkan hanya 30 persen yang melanjutkan berlangganan di tahun kedua.

Ketua Pandi, Yudho Giri Sucahyo menilai, prevalensi penggunaan domain .com atau nama domain unik lain seperti .co dan .tv di Indonesia didorong oleh kesan bahwa penggunaan domain-domain tersebut lebih keren atau komersil.

"Tentunya, kami juga berupaya untuk membangun kesadaran korporasi-korporasi dalam negeri untuk beralih ke nama domain .id," tutur dia.

PANDI pun telah memantapkan rencananya untuk ekspansi domain .id ke luar negeri. Hal itu dilakukan lantaran domain .id memiliki peluang besar di pasar internasional. Menurut Yudho, domain .id memiliki potensi besar di pasar internasional. Salah satunya adalah keunikan dan makna dari nama domain .id itu sendiri. Nantinya, hingga akhir tahun 2019 ini, PANDI menargetkan 800 ribu nama domain .id  terdaftar di registrar PANDI.

"Kelebihan nama domain .id yang merepresentasikan 'idea' atau 'identity' merupakan sebuah berkah tersendiri yang hanya dimiliki oleh nama domain .id. Hal ini harus dimanfaatkan supaya penjualan di luar negeri meningkat dengan pesat," tukas Yudho.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019