Palembang (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mengajak Sasol, perusahaan pertambangan asal Afrika Selatan untuk duduk bersama membahas kembali rencana kerja sama untuk pencairan batubara menjadi bahan bakar minyak (BBM). "Kita ingin nego ulang untuk kegiatan itu dan akan dibicarakan saat berkunjung ke sana," kata Kepala Badan Litbang Departemen ESDM, Neni Sri Utami di sela-sela kunjungan ke lapangan CBM Rambutan, Pendopo, Sumatera Selatan, Selasa. Dijelaskannya, beberapa waktu lalu sudah ada pembicaraan soal pengembangan usaha tersebut, namun belum ada tindak lanjutnya. "Kerja sama itu untuk mengubah batubara menjadi BBM jenis premium maupun turunannya," katanya. Tim investasi pemerintah akan melakukan pertemuan dengan Sasol pada pertengahan Mei 2008. Neni menjelaskan, Sasol telah mengirimkan surat ke KBRI dan mereka siap bertemu untuk berbicara mengenai pencairan batubara pertengahan Mei ini. Pihak Sasol, lanjutnya, memprioritaskan kerja sama investasi dengan empat negara lain, yakni China, India, Qatar, dan Nigeria yang mengajukan proposal penawaran kerja sama lebih dulu daripada Indonesia. Lebih lanjut ia menuturkan, kemungkinan besar pemerintah akan menindaklanjuti tawaran Sasol ini dalam bentuk perjanjian nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU). "Ini merupakan kesempatan bagus yang harus kita manfaatkan, karena pengembangan industri pencairan batubara ini butuh waktu 10 tahun," paparnya. Ia menambahkan, salah satu opsi yang akan dipilih pemerintah dalam melakukan kerja sama investasi ini adalah dengan membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan Sasol. "Kalau sebelumnya yang maju itu swasta, maka sekarang yang maju itu pemerintah langsung," tandasnya. Pada pertemuan sebelumnya, pihak Sasol berencana menanamkan investasinya di bisnis pencairan batubara di Indonesia. Sasol saat ini mampu memproduksi 150 ribu barel per hari (bph) dari pencairan batubara kalori tinggi. Selain di Afrika Selatan, Sasol juga membangun pabriknya di China, Nigeria, Qatar, dan India.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008