Makassar (ANTARA) - Prajurit Kapal Perang KAL  Mamuju II-6-64 mengolah sampah kayu menjadi kerajinan yang bernilai seni tinggi.

"Saya bangga dengan anggota saya karena rasa prihatinnya terhadap banyaknya sampah kemudian melahirkan ide dan karya seni tinggi," ujar Komandan KAL Mamuju II-6-64 Mayor Laut (P) Andi Johan di Makassar, Rabu.

Ia mengatakan awalnya prajurit KAL Mamuju ini mulai mengolah sampah kayu karena prihatin melihat banyaknya sampah kayu yang terapung di laut dan sebagian lainnya sudah terdampar di pantai Jalaria Lantamal VI.

Sampah-sampah kayu yang banyak bertebaran di lautan itu kemudian dikumpulkan oleh anggota lalu diolahnya menjadi karya seni yang bernilai tinggi.

"Awalnya prihatin karena melihat sampah kayu terapung di laut dan bibir pantai Jalaria Lantamal VI dan diawali cuma coba-coba membuat karya seni menggunakan sampah kayu ini dan ternyata hasilnya sangat luar biasa," katanya.

Johan menyatakan sampah kayu yang banyak bertebaran itu sebagian adalah sisa-sisa kayu penebangan yang tidak terpakai.

Apalagi sampah kayu yang biasanya menjadi salah satu jenis sampah kiriman yang mengapung di laut dan bibir pantai Jalaria Lantamal VI ternyata bisa diolah menjadi kerajinan bernilai seni tinggi.

"Kita tidak tahu dari mana sampah kayu itu, mungkin saja sisa- sisa penebangan kayu di hutan terbawa melalui aliran sungai akhirnya sampai ke laut," terangnya.

Hasil olahan sampah kayu itu ada yang dibuat menjadi perlengkapan rumah tangga, miniatur rumah, asbak, kursi, hingga hiasan sudut ruangan.

"Hasil karya seni dari sampah kayu ini tidak kalah kualitasnya dengan karya seni kayu olahan lainnya. Sampah kayu yang didapat di laut dan di pantai ini sudah melewati proses pengawetan alami karena terendam air laut. Proses ini membuat kayu awet terhadap serangan rayap dan sejenisnya," ucapnya.

 

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019