Serang (ANTARA News) - Populasi Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang, Banten diperkirakan tinggal mencapai 55 sampai 60 ekor, selain suli berkembang biak, badak tersebut juga rawan terhadap perburuan. "Jumlahnya memang mengalami penambahan sejak 1980, namun sulit perkembang biakannya kerena terbatasnya makanan dan masih perlu habitat baru," Kata Humas TNUK Enjat Sudrajat di Serang, Kamis. Menurutnya, kurangnya tanaman sebagai bahan makanan badak tersebut, disebabkan faktor alam atau kekeringan. Kekeringan itu biasanya terjadi bulan Juli hingga Oktober setiap tahunnya,s ehingga menylitkan badak mencari makanan. Sehingga, kata Enjat, luas habitat badak yang ada sekarang ini sekitar 38.000 ha masih perlu penambahan ke wilayah Gunung Honje luasnya menjadi sekitar 68.000 ha. Karena, kalau kekurangan makanan badak bisa kurus, sakit dan akhirnya mati. Aktivitas badak jawa mencari makan lebih sering pada malam hari, sumber air menjadi faktor yang sangat penting karena 1 sampai 2 kali sehari badak-badak tersebut beristirahat selama menempuh perjalanan penjelajahannya dalam satu hari sekitar 20 km. Selain badak, kata Enjat, di areal TNUK seluas 79.000 ha tersebut, masih ada sekitar 600 ekor populasi macan, 8000 ekor banteng, 7000 ekor kera serta burung-burung dan hewan lainnya. Perkembang biakan badak tersebut sangat lambat. Lama hamil diperkirakan 16 bulan dan lama menyusui atau mengasuh anak satu sampai dua tahun dan jarak kelahiran empat hingga sembilan tahun sekali, dengan jumlah anak yang dilahirkan satu ekor. (*)

Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2008