Dari total luas tanaman yang terserang hama, sebanyak 2.089 hektare sudah bisa dikendalikan melalui bantuan pestisida
Kupang (ANTARA) - Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli menyatakan bahwa sebanyak 4.585 dari total 12.072 hektare tanaman jagung milik petani di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan terserang hama ulat grayak.

"Serangan hama yang dimulai sejak akhir Desember 2019 tersebut terjadi di hampir semua desa pada 19 kecamatan di daerah ini," katanya saat dihubungi dari Kupang, Rabu, terkait serangan hama di Flores Timur.

Menurut dia, dari total luas tanaman yang terserang hama, sebanyak 2.089 hektare sudah bisa dikendalikan melalui bantuan pestisida.

"Sementara 2.496 hektare lainnya terancam mati karena minimnya curah hujan," katanya.

Dia mengharapkan, pada bulan Februari ini, curah hujan bisa lebih baik, sehingga tanaman-tanaman jagung yang saat ini sudah tidak ada daun karena dimakan hama, dapat tumbuh lagi.

Wabup mengatakan  saat ini para petugas masih turun ke desa-desa untuk melakukan pendataan, sekaligus membantu petani melakukan pemberantasan hama.

Selain itu, kata Agustinus Payong Boli, para petugas juga melakukan advokasi kepada para petani yang tanamannya tidak bisa diselamatkan agar menyiapkan tanaman pengganti.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Jhon Oktovianus secara terpisah menjelaskan, hama ulat grayak yang menyerang petani di beberapa daerah di NTT saat ini muncul ketika curah hujan dalam waktu singkat dan panasnya sangat panjang.

Menurut dia, fase yang paling merusak dari hama jagung ini yaitu fase larva atau ulat. Hama ulat grayak merusak pertanaman jagung dengan cara menggerek daun tanaman jagung.

Bahkan, pada kerusakan berat, kumpulan larva hama ini seringkali menyebabkan daun tanaman hanya tersisa tulang daun dan batang tanaman jagung.

Jika kumpulan larva hama jagung ini mencapai kepadatan, rata-rata populasi 0,2 sampai 0,8 larva per tanaman.


"Masa bertahan larva sangat lama yang mencapai tiga minggu, sehingga tingkat kerusakan tanaman sangat tinggi," demikian Jhon Oktovianus.


Baca juga: Hama wereng serang lahan persawahan di Flores

Baca juga: Petani Flores Timur terancam gagal panen

Baca juga: Rp135 miliar kembangkan garam Flores Timur

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020