Tiga tim yang diturunkan yaitu tim yang menangani para korban, tim yang melakukan sosialisasi di sekolah dan tim yang turun mengambil sampel-sampel makanan di sekolah dan penjual kue di pasar...
Sampit (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menurunkan tiga tim pascakeracunan massal yang dialami murid  SDN 5 Baamang Hilir Kecamatan Baamang Sampit.

"Tiga tim yang diturunkan yaitu tim yang menangani para korban, tim yang melakukan sosialisasi di sekolah dan tim yang turun mengambil sampel-sampel makanan di sekolah dan penjual kue di pasar. Saya sendiri ikut di tim pengambilan sampel," kata Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinkes Kotim,  Bambang Supiansyah di Sampit, Sabtu.

Tiga tim dari Dinas Kesehatan mendatangi SDN 5 Baamang Hilir tempat terjadinya keracunan massal pada Kamis (20/2).

Satu tim melakukan sosialisasi kepada murid, pihak sekolah dan penjual makanan di sekolah itu terkait pengetahuan untuk mencegah atau menghindari makanan dan minuman berbahaya.
Baca juga: Murid dan guru SDN 5 Baamang di Sampit keracunan kue ulang tahun

Tim lainnya memantau kondisi korban yang sebagian sudah pulih dan kembali bersekolah. Tim ini juga berkoordinasi ke Puskesmas Baamang I yang lokasinya hanya beberapa meter dari sekolah tersebut yang menjadi lokasi pertama penanganan, sebelum korban keracunan kue ulang tahun itu akhirnya dirujuk ke RSUD dr Murjani Sampit.

Sementara itu, tim ketiga mendatangi beberapa penjual kue di Pasar Keramat untuk mengambil sampel kue yang dijual. Diketahui, pedagang kue mengaku menerima kue tersebut dari perajin yang menitipkan kue kepada mereka untuk dijual.

Sampel-sampel kue tersebut juga akan diperiksa di laboratorium. Sehari sebelumnya usai keracunan massal, tim juga mengambil sampel sisa kue ulang tahun yang diduga penyebab keracunan massal tersebut untuk diperiksa di laboratorium.

Pemeriksaan sampel kue itu diperkirakan memakan waktu hingga tiga hari. Selanjutnya hasilnya akan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah selanjutnya.
Baca juga: Puluhan siswa SD keracunan kue ulang tahun
Baca juga: 16 Murid SD keracunan makanan ringan di Majalengka

Saat pemeriksaan penjualan kue, tim menilai ada indikasi penjual kue yang abai terhadap kesehatan kue yang dijual. Hal itu terlihat dengan adanya kue yang dinilai mulai rusak namun masih terlihat secara kasat mata.

"Secara kasat mata kami masih melihat kue yang kurang layak masih disimpan di belakang. Kami curiga kemungkinan itu masih ingin diperjualbelikan karena masih terlihat mata. Seharusnya yang sudah dalam keadaan rusak itu disimpan di tempat tersembunyi dan tidak dijual lagi," kata Bambang.

Tim juga menemukan sejumlah pedagang menjual kue dan makanan secara terbuka sehingga rentan penyakit. Seharusnya penjualan kue dan makanan menggunakan etalase tertutup agar debu dan serangga tidak sampai menempel karena bisa memicu penyakit.

Terkait temuan itu, Dinas Kesehatan memberikan imbauan sebagai bentuk pembinaan dan pengawasan dengan harapan pedagang bisa mematuhinya. Jika ada indikasi terkait pidana, Bambang menegaskan maka penindakannya menjadi kewenangan pihak berwajib.
Baca juga: Polisi selidiki peristiwa keracunan delapan pelajar Bekasi

Keracunan massal terjadi Kamis (21/2) menimpa murid dan guru di Kelas II B SDN 5 Baamang Hilir Sampit. Sebanyak 20 murid dan satu wali kelas yang mengonsumsi kue ulang tahun, menderita pusing dan muntah-muntah diduga akibat keracunan.

Sebanyak 13 murid dan satu wali kelas bahkan harus dilarikan ke RSUD dr Murjani Sampit untuk mendapatkan penanganan intensif. Untungnya kejadian itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa.

Korban keracunan sudah kembali ke rumah masing-masing namun tetap dipantau oleh petugas kesehatan. Sementara itu Polres Kotawaringin Timur masih menyelidiki kejadian ini dengan meminta keterangan sejumlah pihak, khususnya penjual dan pembuat kue ulang tahun tersebut.
Baca juga: Delapan siswa SDN Cianjur keracunan setelah mengonsumsi minuman kemasan

Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020