Mungkin bertani padi di provinsi lain yang sawahnya masih luas adalah hal biasa, namun menjadi luar biasa jika dilakukan di Kota Metropolitan Jakarta
Jakarta (ANTARA) - Di tengah pandemi COVID-19 serta diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejumlah petani di wilayah DKI Jakarta ternyata mampu melakukan penanaman padi di areal persawahan yang masih tersisa di antara gedung-gedung bertingkat.

Para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Kandang Besar tetap melakukan usaha tani, baik budi daya padi ataupun hortikultura di Cakung, Jakarta Timur.

Menurut Ketua Poktan Kandang Besar Wahono di Jakarta, Sabtu, semangat dan kegigihan mereka tetap menanam padi di tengah kondisi pandemik karena keinginan untuk membantu dalam melawan COVID-19.

"Usaha yang dapat kami lakukan adalah dengan terus menanam padi untuk membantu menjaga stok pangan masyarakat," katanya.

PSBB yang diterapkan oleh Gubernur Jakarta mengharuskan sebagian besar warga untuk beraktivitas dari rumah, namun pengecualian bagi mereka yang bergerak di sektor pertanian yang mengharuskan tetap beraktivitas di lahan-lahan untuk melakukan budi daya tanaman demi menjaga ketersediaan stok pangan masyarakat.

Baca juga: Atasi stunting, Kementan gencar diseminasi benih Inpari IR Nutri Zinc

"Selain untuk memenuhi stok pangan masyarakat, kegiatan petani yang tetap berlangsung ini juga disebabkan karena kebutuhan keluarga mereka sendiri," katanya.

Poktan Kandang Besar Ujung Menteng, Cakung Jakarta Timur, memiliki lahan garapan sawah yang berada di tengah-tengah perumahan padat penduduk sekitar 8 hektare. Petani penggarapnya sebagian merupakan warga pendatang dari daerah Pantura Jawa Barat.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta, salah satu kepanjangan tangan Kementerian Pertanian (Kementan) yang ada di tiap provinsi turut melakukan pendampingan pada kelompok tani ini.

Kepala BPTP Jakarta Arifin Rivaie mengatakan pada musim tanam kali ini pihaknya mengenalkan varietas Padi Inpari 32 dan Inpari Nutrizinc di Poktan Kandang Besar.

"Inpari 32 merupakan varietas turunan dari Ciherang dan memiliki keunggulan yakni potensi hasil mencapai 8,42 ton/hektare Gabah Kering Giling dan memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri, tahan blas dan agak tahan tungro," katanya.

Baca juga: Varietas unggul Inpari 32 dan 42 mampu hasilkan padi 10 ton/ha

Sedangkan Inpari Nutrizinc merupakan padi dengan kandungan Zinc yang cukup tinggi, lanjutnya, yakni sebesar 34,51 ppm sementara varietas lain seperti Ciherang hanya berkisar 24.06 ppm.

Pada 26 April 2020 lalu telah dilakukan kegiatan pindah tanam bibit padi varietas Inpari 32, kemudian pada 3 Mei 2020 juga dilaksanakan pindah tanam padi varietas Inpari Nutrizinc.

Menurut Wahono, harapannya pada tiga bulan ke depan, bibit-bibit padi yang ditanam tersebut dapat memproduksi hasil panen sesuai dengan potensinya yaitu inpari 32 inpari sekitar 8,42 ton/hektare dan Nutrizinc mencapai 9,98 ton/hektare.

Selain itu dia menambahkan bahwa wilayah Jakarta saat ini memiliki lahan garapan sawah yang semakin sedikit, sehingga dengan konsistensi petani menanam maka usaha tani padi di Jakarta akan terus ada dan berjalan.

"Mungkin bertani padi di provinsi lain yang sawahnya masih luas adalah hal biasa, namun menjadi luar biasa jika dilakukan di Kota Metropolitan Jakarta," katanya.

Baca juga: Balitbangtan gencar kenalkan benih padi tahan genangan Inpari 30

 

Pewarta: Subagyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020