Data kami menunjukkan perilaku online yang cukup kompleks di wilayah kita
Jakarta (ANTARA) - Survei yang baru-baru ini dilakukan oleh perusahaan keamanan siber global Kaspersky mengungkapkan bahwa 40 persen konsumen di Asia Pasifik (APAC) menghadapi insiden kebocoran informasi pribadi yang diakses oleh orang lain tanpa persetujuan.

Sementara itu, lebih dari 5 dari 10 pengguna online di wilayah ini menyatakan keprihatinan yang sama dalam hal menjaga kehidupan virtual dan fisik mereka.

Baca juga: Kominfo minta Tokopedia investigasi dugaan kebocoran data pengguna

Baca juga: Kebocoran data Tokopedia ramai dibincangkan warganet


"Data kami menunjukkan perilaku online yang cukup kompleks di wilayah kita. Ini sesungguhnya merupakan kemajuan yang disambut baik dimana sebagian besar konsumen sekarang cukup memahami privasi online, tetapi kebiasaan virtual dan pengetahuan keamanan mereka masih membutuhkan perubahan," ujar Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, Stephan Neumeier, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Kaspersky menyebutkan beberapa pelanggaran melibatkan insiden berupa akun yang diakses tanpa izin (40 persen), pengambil-alihan perangkat secara ilegal (39 persen), pencurian dan penggunaan data rahasia (31 persen), data pribadi yang diakses oleh seseorang tanpa persetujuan, dan penyebaran informasi pribadi secara publik (20 persen).

Namun, penelitian yang sama menemukan bahwa lebih dari seperlima pengguna masih dengan sukarela membagikan privasi mereka untuk mendapatkan produk atau layanan secara gratis.

Sebanyak 24 persen responden lainnya juga lalai dalam menjaga privasi dengan membagikan detail akun media sosial untuk kuis hiburan, seperti apakah jenis bunga atau selebriti yang mirip dengan mereka.

Selain itu, dua dari sepuluh konsumen yang disurvei juga mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara melindungi privasi secara online.

Ketika ditanya mengenai konsekuensi yang mereka temui setelah pelanggaran privasi, para pengguna online menyebutkan beberapa hal negatif yang memengaruhi kehidupan digital dan bahkan fisik mereka.

Sebagian besar (39 persen) terganggu oleh spam dan iklan, sebagian (33 persen) merasa stres, dan sebagian (24 persen) menyatakan reputasi pribadi mereka dalam bahaya. Dalam persentase yang sama, sebanyak 19 persen pengguna telah menyinggung seseorang, kehilangan uang, dan terintimidasi.

Pemerasan juga dialami oleh 16 persen pengguna di Asia Pasifik, hubungan keluarga terganggu (15 persen), beberapa mengalami kerusakan karir (14 persen) hingga pemutusan ikatan romantis atau mengalami perceraian (10 persen).

Kaspersky Global Privacy Report 2020 adalah studi mengenai sikap konsumen terhadap privasi online. Survei ini dilakukan oleh lembaga penelitian independen Toluna antara Januari dan Februari 2020. Sebanyak 15.002 konsumen disurvei di 23 negara di mana 3.012 berasal dari wilayah Asia Pasifik.

Untuk memastikan informasi pribadi tetap terlindungi di ruang internet, Kaspersky menyarankan para konsumen untuk menyimpan seluruh daftar akun online sehingga memiliki pemahaman penuh tentang layanan dan situs web mana yang mungkin menyimpan informasi pribadi.

Selanjutnya, mulai gunakan "Privacy Checker" yang membantu mempertimbangkan pengaturan profil media sosial menjadi pribadi, yang akan mempersulit pihak ketiga untuk menemukan informasi yang sangat pribadi.

Baca juga: Menkominfo koordinasi dengan KPU terkait dugaan kebocoran data

Baca juga: MPR minta pemerintah investigasi dugaan kebocoran data "e-commerce"

Baca juga: Data "e-commerce" bocor, RUU Perlindungan Data Pribadi harus disahkan

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020