Jakarta (ANTARA) - Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto menyatakan penyaluran pakan ikan mandiri ke berbagai daerah merupakan salah satu prioritas yang difokuskannya.

"Program bantuan pakan ikan mandiri merupakan salah satu program prioritas KKP yang berdampak langsung kepada pelaku usaha perikanan," kata Slamet Soebjakto dalam rilis di Jakarta, Sabtu.

Slamet mengutarakan harapannya agar penyaluran bantuan dapat berkontribusi menjaga geliat pembudidaya skala kecil untuk dapat terus berproduksi.

Selain itu, ujar dia, hal tersebut dinilai akan menjaga pula aktivitas roda perekonomian masyarakat, serta menjaga stok kebutuhan ikan, khususnya produk perikanan budidaya di daerah,” lanjut Slamet.

Slamet menyampaikan semangat masyarakat untuk berbudidaya masih sangat tinggi meski keadaan ekonomi masih belum sepenuhnya kembali stabil.

Hal ini, masih menurut dia, tentunya sejalan dengan permintaan pasar akan produk perikanan baik dari dalam maupun luar negeri yang telah mulai kembali normal setelah melewati masa kritis pandemi.

"Dengan berbagai upaya dan stimulus yang telah diberikan oleh pemerintah, semoga dapat mempercepat pemulihan ekonomi seperti sedia kala," ucap Dirjen Perikanan Budidaya.

Berdasarkan data KKP, sepanjang tahun 2020 total bantuan pakan mandiri yang telah disalurkan hingga bulan Mei ialah sebanyak 254,675 ton. Bantuan ini diberikan kepada 219 kelompok pembudidaya ikan di 13 provinsi dan 42 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Apalagi, sebelumnya KKP bersama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) berkolaborasi dalam membuat kajian dampak ekonomi dan penanganan kesehatan perikanan di Indonesia.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyatakan, KKP sepakat akan melakukan kerja sama dengan FAO terkait proyek "Pilot testing of the Progressive Management Pathway for Aquaculture Biosecurity (PMP/AB) in Indonesia".

Selain itu, ujar dia, pihaknya juga telah membahas mengenai usulan kerja sama untuk proyek "Penilaian Ekonomi terhadap Beban Penyakit Ikan pada Perikanan Budidaya di Indonesia".

Menurut dia, kedua proyek ini akan sangat diperlukan di Indonesia karena beberapa faktor seperti tingginya hasil produksi akuakultur Indonesia, kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau terpencar sehingga konsep penanganan penyakit harus dibuat secara komprehensif, serta keragaman komoditas yang dibudidayakan di Indonesia.

Ia juga mengingatkan bahwa serta Indonesia rentan tertular penyakit perikanan dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam sebagai penghasil produk perikanan budidaya di Asia.

"Saat ini juga merupakan momen yang tepat untuk melaksanakan kedua proyek karena pemerintah sedang sangat peduli terhadap perikanan budidaya, sehingga program yang dapat mendorong kemajuan perikanan budidaya di Indonesia akan dapat lebih cepat diimplementasikan," ujar Slamet.

Slamet menambahkan bahwa proyek yang akan berjalan diharapkan memiliki hasil keluaran yang konkrit, sehingga dapat menjadi percontohan untuk dapat diterapkan di kawasan budidaya yang lainnya di berbagai daerah Nusantara.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020