Kita bisa belajar pada Vietnam yang sukses menekan penderita COVID-19
Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Pakar ilmu hubungan internasional Universitas Jember (Unej) Abubakar Eby Hara memaparkan tiga faktor yang dilakukan beberapa negara-negara anggota ASEAN agar mampu mengatasi pandemi COVID-19.

"Belajar dari penanganan pandemi COVID-19 yang dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN, ada tiga faktor agar sebuah negara mampu menangani pandemi," katanya dalam webinar bertema "ASEAN Menyongsong Era New Normal: Kontribusi dan Inovasi Perguruan Tinggi" yang digelar, di Gedung Rektorat Unej, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin.

Menurutnya, ketiga faktor tersebut adalah kemampuan negara (state capacity), kepercayaan sosial (social trust) dan kepemimpinan (leadership), serta peningkatan kerja sama antarnegara anggota ASEAN menjadi keharusan dalam menangani pandemi COVID-19.

Kemampuan negara berkaitan dengan kemampuan birokrasi negara, khususnya birokrasi kesehatan dalam menangani pandemi COVID-19, termasuk bagaimana negara memberikan fasilitas kesehatan beserta bantuan kepada warganya yang terkena COVID-19.

"Kita bisa belajar pada Vietnam yang sukses menekan penderita COVID-19, caranya dengan memberlakukan lockdown secara tegas bagi warganya dan pelacakan yang cermat," ujarnya pula.

Ia mengatakan Pemerintah Vietnam rupanya telah belajar banyak pada penanganan pandemi SARS pada tahun 2002 lalu yang banyak memakan korban jiwa di negaranya.

"Hasil observasi saya bahwa bentuk dan sistem pemerintahan tidak selalu berkorelasi langsung dalam kesuksesan penanganan pandemi COVID-19. Buktinya Vietnam yang negara komunis ternyata berhasil menekan angka kematian," katanya pula.

Dosen yang biasa dipanggil Eby Hara itu mengatakan faktor kedua adalah kepercayaan sosial, yakni rasa percaya di kalangan masyarakat sebuah negara dalam membangun persatuan dan kesatuan.

"Kepercayaan sosial sedang digalakkan di semua negara ASEAN dengan harapan terbentuk kesetiakawanan nasional dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang mengubah semua sendi-sendi kehidupan sosial," ujar Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia Cabang Jember itu.
Baca juga: Kemenko Polhukam sebut ASEAN terus berkolaborasi kendalikan COVID-19


Faktor ketiga adalah kepemimpinan yakni pemimpin diharapkan mampu membuat keputusan yang baik dan tepat dalam menangani pandemi COVID-19 berdasarkan kajian ilmiah dan bukan untuk kepentingan politik tertentu.

"Ada beberapa negara ASEAN yang tensi politiknya justru memanas di saat penanganan pandemi COVID-19 seperti Filipina dan Kamboja, karena kepala negara menggunakan undang-undang darurat untuk memperkuat posisi politiknya," ujarnya lagi.

Direktur Kerja Sama Eksternal ASEAN Kementerian Luar Negeri Carolina Tinangon mengatakan peningkatan kerja sama juga menjadi salah satu kunci untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Menurutnya, ASEAN dipuji oleh dunia internasional karena dinilai responsif dalam menanggulangi pandemi COVID-19 yang dibuktikan dengan digelarnya kegiatan Special ASEAN Summit for COVID-19 yang diadakan awal Juni 2020.

"Saat ini ASEAN gencar melakukan kerja sama baik di antara negara-negara anggota ASEAN maupun antara ASEAN dengan negara lain," katanya lagi.

Kerja sama itu, di antaranya kerja sama tracing penderita COVID-19 yang melakukan perjalanan antarnegara, kerja sama antar epidemiolog se-ASEAN dan kerja sama antara ASEAN dengan Rusia dalam rangka menemukan vaksin COVID-19.
Baca juga: ASEAN dan Kanada adopsi rencana aksi 2021-2025 pada Agustus 2020
Baca juga: Puan serukan ASEAN tingkatkan sinergi hadapi COVID-19

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020