Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Baltibangtan) Kementan melakukan inovasi produk tembakau sehingga menghasilkan parfum atau wewangian sebagai upaya diversifikasi komoditas perkebunan tersebut.

"Daun tembakau mengandung senyawa-senyawa kimia, mulai dari golongan asam, alkohol, aldehid, keton, alkaloid, asam amino, karbohidrat, ester dan terpenoid. Kandungan utama dari tembakau adalah alkaloid (nikotin)," ujar Peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Elda Nurnasari di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, tembakau memiliki aroma yang khas karena di dalam daunnya terkandung senyawa-senyawa aromatis yang mudah menguap atau biasa disebut dengan minyak atsiri.

Baca juga: MTCC: Produksi tembakau belum seimbang dengan kesejahteraan petani

Minyak atsiri tembakau dapat diekstrak dengan cara destilasi, lanjutnya, hasilnya adalah berupa minyak berwarna kuning kecoklatan dengan aroma tembakau yang khas dan menyengat.

Kandungan senyawa utama dalam minyak atsiri tembakau adalah neofitadiena dengan jumlah jumlah lebih dari 40 persen.

"Minyak atsiri tembakau memiliki aroma yang khas sehingga dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan parfum badan," ujar Elda melalui keterangan tertulis.

Balitbangtan, tambahnya, telah meneliti dan memanfaatkan minyak atsiri tembakau sebagai salah satu bahan pembuatan parfum badan. Hasil uji organoleptik parfum terhadap 30 orang responden (wanita) kebanyakan memilih parfum minyak atsiri tembakau yang dicampur dengan aroma jeruk, jasmine dan lavender.

"Invensi ini juga telah mendapatkan paten dari Kemenkumham dengan nomor IDS000001735 sejak tahun 2018 yang lalu," katanya.

Baca juga: Penyederhanaan tarif cukai ancam rantai bisnis industri hasil tembakau

Sementara itu di sektor hulu, sejak 1997 hingga 2019 Balitbangtan telah melepas 82 varietas unggul baru (VUB) tembakau yang memiliki beragam keunggulan beberapa diantaranya adalah VUB Tembakau Temanggung Kemloko 4, 5, dan 6 Agribun yang penelitiannya bekerjasama dengan Pemkab Temanggung.

Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan, ketiga VUB yang telah dilepas sejak 2017 itu sangat sesuai untuk ditanam di lahan endemik penyakit, khususnya nematoda Meloidogyne spp, bakteri Ralstonia solanacearum, dan cendawan Phythopthora nicotianae.

Keunggulan lain dari ketiga VUB tersebut, lanjutnya, adalah pada postur dan performanya lebih besar. Daun lebih panjang lebar bulat, batang lebih kuat.

"Dari sisi produksi bisa menghasilkan lebih banyak, karena daun bisa tumbuh hingga 26 helai sedangkan varietas di bawahnya hanya 20 helai daun," ujar Fadjry.

Tembakau dari varietas Kemloko 4, 5, dan 6 ini mampu menghasilkan tembakau kering di atas rata-rata, di mana varietas lain rata-rata hanya 0,7 ton per hektare sementara dengan varietas ini diharapkan bisa sampai 0,9 hingga satu ton per hektare.

Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020