Minyak Brent turun 36 sen atau 0,8 persen menjadi menetap pada 44,07 dolar AS per barel
New York (ANTARA) - Harga minyak menetap lebih rendah pada Kamis (Jumat pagi WIB), sempat menyentuh tingkat terendah sejak awal Agustus karena data pengangguran AS memicu kekhawatiran pemulihan yang lambat untuk ekonomi dan permintaan bahan bakar sehari setelah data permintaan bensin AS lesu.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun 36 sen atau 0,8 persen, menjadi menetap pada 44,07 dolar AS per barel.

Sementara, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) juga terpangkas 14 sen atau 0,3 persen, menjadi berakhir di 41,37 dolar AS per barel.

Baca juga: Harga minyak jatuh, berbalik arah ketika permintaan bensin AS merosot

Kedua harga acuan minyak jatuh lebih dari dua persen di awal sesi perdagangan.

Harga saham-saham AS merosot karena investor menjual saham-saham teknologi tinggi dan khawatir tentang pemulihan ekonomi setelah data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran baru mencapai 881.000 disesuaikan secara musiman untuk minggu terakhir. Klaim lanjutan masih tinggi, dengan jutaan orang keluar dari pekerjaan.

Sehari sebelumnya kedua patokan minyak jatuh lebih dari dua persen setelah data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan permintaan bensin domestik pekan lalu turun menjadi 8,78 juta barel per hari dari 9,16 juta barel per hari seminggu sebelumnya. Konsumsi produk minyak lainnya juga turun.

"Pasar gagal bereaksi positif terhadap penurunan persediaan dan kemudian melempar handuk (menyerah) untuk akhir pekan Hari Buruh," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Emas jatuh lagi, karena data AS dukung harapan pemulihan ekonomi

Analis memperingatkan bahwa pemeliharaan kilang yang akan datang dan akhir musim mengemudi musim panas juga dapat membatasi permintaan minyak mentah.

Minyak mentah WTI berada di bawah tekanan "setelah para penyuling AS mengalokasikan daftar panjang penutupan pemeliharaan selama beberapa bulan mendatang yang tidak diragukan lagi akan berdampak pada permintaan minyak mentah", ANZ Research mengatakan dalam sebuah catatan pada Kamis (3/9/2020).

Karena penutupan menjelang Badai Laura, tingkat pemanfaatan kilang AS turun 5,3 poin persentase menjadi 76,7 persen dari total kapasitas, kata EIA. Beberapa analis percaya bahwa pemrosesan tidak akan pulih pada musim gugur.

“Kilang-kilang yang beroperasi dengan tingkat rendah akan menyebabkan banyak minyak mentah di pasar. Minyak mentah itu disimpan. Penyimpanan yang membengkak memberi tekanan pada harga," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Baca juga: Wall Street dibuka merosot, terseret saham teknologi alami kesulitan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020