Esports sebetulnya adalah alat bantu pengajaran yang sangat powerful, misalnya belajar berkomunikasi, leadership, dan kognitif
Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis Ghea Amalia Arphandy berpendapat bahwa orang tua dan sekolah memiliki andil dalam proses pembinaan calon atlet esports potensial yang dapat berprestasi bagi Indonesia di masa mendatang.

Pasalnya, esports saat ini banyak diminati oleh kalangan anak muda, terutama pelajar. Menurut Ghea, bahkan tak sedikit para pelajar di Indonesia yang sudah menjadi atlet esports yang tergabung ke dalam tim profesional serta rutin mengikuti turnamen nasional hingga internasional.

“Peran keluarga sangat penting membentuk anak. Orang tua harus membaca dan menyelami seperti apa hobi dan permainan anaknya, sehingga memahami bagaimana menerapkan aturan yang kira-kira tepat bagi anak,” tutur Ghea dalam acara bincang media dengan tema “Esports bagi Pelajar: Sinergi Peran Orang Tua dan Dukungan Sekolah”, yang digelar secara virtual, Jumat.

Baca juga: 14 ribu peserta ramaikan Piala Menpora Esports 2020

Aturan yang dimaksud Ghea adalah orang tua mesti pintar menentukan serta memberikan pemahaman kepada anak soal skala prioritas antara bermain gim dan pentingnya belajar.

Namun sebelumnya, orang tua juga menurutnya harus bisa membaca dan menyelami apa hobi dan permainan yang digemari oleh anak sehingga bisa menentukan bagaimana aturan yang kira-kira tepat diterapkan kepada anak.

Hal senada juga disampaikan oleh seorang praktisi esports Yohannes P. Siagian. Menurutnya, anak muda yang gemar bermain gim jika dibina dengan baik justru dapat memberikan manfaat positif bagi pelajar.

“Esports sebetulnya adalah alat bantu pengajaran yang sangat powerful, misalnya belajar berkomunikasi, leadership, dan kognitif,” ujar Yohannes yang juga merupakan akademisi dan pernah menjabat Kepala Sekolah SMA 1 PSKD Jakarta itu.

Selama anak terus diawasi serta diberikan pendampingan, lanjut dia, maka ketakutan akan kecanduan ataupun kebablasan bermain gim tak akan terjadi.

Tak hanya itu, Yohannes juga mengatakan bahwa masih ada orang tua yang cenderung beranggapan jika bermain gim adalah kegiatan yang negatif. Hal itu terjadi karena masih minimnya informasi terkait esports dan potensinya.

Baca juga: Kemenpora dan IESPL gelar Piala Menpora Esports 2020 Axis kala pandemi

Padahal, jika orang tua paham dengan potensi tentang esports dan minat anaknya dalam bermain gim, menurut Yohannes, mereka akan memberi pemahaman yang baik soal dampak positif dari bermain gim ketimbang berbicara melulu soal dampak negatifnya saja.

Dengan adanya Piala Menpora Esports 2020 yang dikhususkan untuk kalangan pelajar, ia berharap turnamen tersebut bisa menjadi wadah yang tepat bagi anak-anak muda yang ingin menekuni esports dengan serius. Namun yang terpenting, orang tua dan sekolah harus bisa memberikan dukungan dan pengawasan yang tepat.

Piala Menpora Esports 2020 merupakan kompetisi esports yang bertujuan melahirkan talenta-talenta muda dari kalangan pelajar yang masih duduk di bangku SMP, SMA dan universitas.

Piala Menpora Esports 2020 yang mempertandingkan Mobile Legends: Bang Bang itu diikuti oleh 2.048 tim esports yang dibagi ke dalam empat kloter dengan 512 tim per kloternya.

Para pemain akan bertanding 5 vs 5 untuk terus melaju ke babak berikutnya. Babak Grand Final yang akan berlangsung pada 3 - 4 Oktober mendatang mempertemukan delapan tim terbaik dari empat kloter untuk bersaing meraih gelar juara Piala Menpora Esports 2020.

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020