Harapan untuk lebih banyak stimulus tidak lagi berpengaruh
New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh di atas tiga persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dan membukukan penurunan mingguan terbesar sejak Juni karena kekhawatiran pemulihan ekonomi yang lambat akibat pandemi COVID-19 menambah kekhawatiran tentang permintaan minyak yang lemah.

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November, merosot 1,41 dolar AS atau 3,2 persen, menjadi menetap di 42,66 dolar AS per barel. Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun 1,60 dolar AS atau 3,9 persen, menjadi ditutup di 39,77 dolar AS per barel.

Untuk minggu ini, minyak mentah Brent merosot 5,3 persen dari minggu lalu, sementara WTI kehilangan 7,4 persen.

Harga tertekan oleh penurunan berkepanjangan di pasar ekuitas AS dan oleh laporan yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS melambat lebih jauh pada Agustus, ketika bantuan keuangan dari pemerintah habis.

Data penggajian (payrolls) non-pertanian AS meningkat sebanyak 1,37 juta pekerjaan bulan lalu, meskipun pekerjaan masih 11,5 juta di bawah tingkat pra-pandemi dan tingkat pengangguran 4,9 poin persentase lebih tinggi daripada Februari.

Tingkat pengangguran turun menjadi 8,4 persen bulan lalu, dibandingkan dengan perkiraan 9,8 persen, yang menurut beberapa analis pasar akan mengurangi urgensi di Washington D.C. untuk mengesahkan undang-undang stimulus ekonomi tambahan.

“Harapan untuk lebih banyak stimulus tidak lagi berpengaruh,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. "Kami perlu melihat aktivitas ekonomi kembali naik untuk mendapatkan aliran permintaan."

Sebuah laporan pemerintah AS minggu ini menunjukkan permintaan bensin domestik telah turun lagi, sementara persediaan distilat di pusat minyak Singapura di Asia telah melampaui level tertinggi sembilan tahun, data resmi menunjukkan.

"Gambaran pasar yang lebih besar adalah sentimen bearish secara keseluruhan yang dimulai dengan laporan permintaan bensin yang lebih rendah pada Rabu," kata Paola Rodriguez-Masiu, analis di Rystad Energy.

Permintaan minyak global bisa turun 9-10 juta barel per hari (bph) tahun ini karena pandemi, kata Menteri Energi Rusia Alexander Novak.

Sebuah rekor pemotongan pasokan sejak Mei oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, telah mendukung harga.

OPEC dimulai pada Agustus mengurangi skala pemotongan, meningkatkan produksi hampir satu juta barel per hari, menurut survei Reuters.

Di Amerika Serikat, jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi di waktu mendatang, naik dua rig menjadi 256 dalam seminggu yang berakhir 4 September, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan pada Jumat (4/9/2020). Ini adalah kedua kalinya dalam tiga minggu terakhir perusahaan energi menambah rig.

Baca juga: Harga minyak jatuh, berbalik arah ketika permintaan bensin AS merosot
Baca juga: Minyak terangkat aktivitas pabrik yang kuat, Brent 45,58 dolar/barel

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020