Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memasang sistem peringatan dini untuk mengantisipasi bencana banjir dan tanah longsor.

"Melihat potensi ancaman bahaya yang tinggi, BNPB bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) akan memasang alat sebagai bagian dari sistem peringatan dini, baik untuk banjir dan longsor," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati melalui keterangan pers yang diperoleh ANTARA, Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan bahwa bencana hidrometeorologi masih dominan terjadi di wilayah Indonesia.

Menurut data bencana, bahaya seperti banjir dan tanah longsor cenderung meningkat setiap tahun. Data BNPB pada Januari hingga akhir Agustus 2020 juga mencatat 726 kejadian banjir dan 367 tanah longsor yang mengakibatkan 225 korban meninggal dan 18 orang hilang akibat kedua bencana tersebut.

Baca juga: BMKG: Indonesia diguncang 804 gempa tektonik sepanjang Agustus 2020

Baca juga: Bandara YIA dilengkapi sistem peringatan dini tsunami


Mengingat ancaman potensi bencana yang masih tinggi, pada tahun ini BNPB akan memasang sistem peringatan dini banjir (Flood Early Warning System atau FEWS) dan sistem peringatan dini longsor (Landslide Early Warning System atau LEWS) di Provinsi Jawa Tengah dan Bangka-Belitung.

Penentuan lokasi di Kota Semarang maupun Kabupaten Belitung tersebut ditentukan berdasarkan usulan dari masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BNPB akan memasang FEWS di Kabupaten Belitung, sedangkan LEWS di Kota Semarang.

Jati mengatakan bahwa berdasarkan keterangan dari Direktur Peringatan Dini BNPB Afrial Rosya, tujuan utama pemasangan sistem peringatan dini tersebut adalah untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Pemasangan sistem tersebut akan dilakukan di lokasi-lokasi yang rentan bencana. Di samping itu, sistem tersebut juga akan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menghindari korban jiwa serta kerusakan harta dan benda saat terjadi bencana.

BNPB juga akan terlebih dahulu mengevaluasi pemasangan sistem tersebut di seluruh wilayah Indonesia untuk menjamin fungsi sistem peringatan yang telah dipasang sejak tahun 2007.

Berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Belitung memiliki tingkat risiko bahaya banjir sedang hingga tinggi. Ada lima kecamatan dengan luas yang berada di wilayah berbahaya hingga 29.442 hektar. Sedangkan populasi terpapar di lima kecamatan teridentifikasi sebanyak 42.608 jiwa.

Sementara itu, wilayah Kota Semarang memiliki enam kecamatan dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi. Populasi terpapar di kota tersebut berjumlah 11.129 orang.

Pemasangan sistem peringatan dini tersebut, kata Jati, akan didahului dengan penandatanganan kerja sama BNPB dan UGM yang dilakukan secara virtual.

Pelibatan UGM, menurut dia, merupakan wujud sinergi dan kolaborasi pentaheliks dalam penanggulangan bencana. Kepala BNPB dalam berbagai kesempatan mengangkat konsep pentaheliks, dengan masing-masing heliks memiliki peran masing-masing dalam penanggulangan bencana.*

Baca juga: Wagub ingatkan gedung harus miliki sistem peringatan dini kebakaran

Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini hujan lebat sore ini di Jakarta

Pewarta: Katriana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020