Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyebut terkadang ada korelasi antara kondisi ekonomi suatu wilayah atau negara dengan kepekaan masyarakat terhadap keberlanjutan keanekaragaman hayati (kehati).

“Dalam negara demokratis seperti Indonesia, memang perlu juga manajemen pemerintahan yang solid. Jika birokrasi berganti, harus bisa dipastikan keanekaragaman hayati tetap ada di dalam manajemen pembangunan,” kata Bambang dalam seminar internasional virtual Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang Biodiversitas Indonesia "Mainstreaming Biodiversity Conservation, Bioprospection, and Bioeconomy for Sustainable Livelihood" di Jakarta, Rabu.

Namun terkadang, menurut dia, memang kepekaan masyarakat terhadap keberlanjutan alam itu juga berkorelasi dengan ekonomi negara tersebut.

Masyarakat di Amerika Serikat, katanya, mungkin tidak merasakan situasi ekonomi seperti di Indonesia, sehingga rasa hormat terhadap keanekaragaman hayatinya bisa dicurahkan lebih besar untuk memastikan keberlanjutannya.

Namun, menurut Bambang, jika berbicara tentang Indonesia yang baru saja masuk kategori upper middle-income country, tipe masyarakatnya masih mencari kesempatan ekonomi, tidak bisa berharap lebih bahwa mereka akan memperhatikan keanekaragaman hayati.

“Mereka masih akan lihat itu sebagai cara memenuhi kebutuhan ekonomi. Karenanya tugas kami, pemerintah, untuk memastikan seimbang antara ekonomi dan keanekaragaman hayati,” kata Bambang.

Baca juga: Keanekaragaman hayati Indonesia terbesar di dunia

Sebelumnya ia mengatakan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) sebenanrnya dapat menjadi sebuah platform untuk memperkenalkan pentingnya keberlangsungan keanekaragaman hayati untuk masa depan kehidupan.

Baca juga: Amankan potensi kehati, LIPI siapkan peta zoonosis di Indonesia

Namun tantangan terbesarnya, menurut dia, justru ketidaktahuan adanya keanekaragaman hayati itu sendiri.

Baca juga: Kehati: pulau-pulau kecil di Indonesia terancam

Karenanya, Bambang mengatakan LIPI mempunyai tantangan untuk dapat meneliti seluruh keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.

“Keanekaragaman hayati itu aset untuk kehidupan jangka panjang. Indonesia memang bukan nomor satu untuk keanekaragaman hayati terestrial, tapi jika ditambah dengan laut Indonesia pemilik keanekaragaman hayati nomor satu di dunia,” kata Bambang.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020