Kebangkitan infeksi COVID-19 di seluruh dunia telah membuat banyak pemerintah menghentikan pelonggaran pembatasan
Singapura (ANTARA) - Harga minyak jatuh di perdagangan Asia pada Senin pagi, tertekan potensi kembalinya produksi minyak Libya dan meningkatnya kasus virus corona menambah kekhawatiran tentang permintaan global, meskipun kerugian dibatasi saat badai tropis baru menuju Teluk Meksiko AS.

Minyak mentah berjangka Brent turun 20 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 42,95 dolar AS per barel pada pukul 00.39 GMT (07.39 WIB). Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), turun 27 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan pada 40,84 dolar AS per barel.

National Oil Corp (NOC) Libya mencabut keadaan force majeure pada apa yang dianggapnya pelabuhan dan fasilitas minyak telah aman pada Sabtu (19/9/2020), tetapi mengatakan tindakan itu akan tetap berlaku untuk fasilitas-fasilitas di mana para petempur tetap berada.

Pada Jumat (18/9/2020), komandan Libya timur Khalifa Haftar mengatakan pasukannya akan mencabut blokade ekspor minyak delapan bulan mereka, tetapi tidak mengatakan apakah mereka akan meninggalkan fasilitas yang mereka kendalikan.

"Pasar tidak mampu membeli lebih banyak minyak mentah yang masuk ke pasar," kata analis ANZ dalam sebuah catatan pada Senin.

“Kebangkitan infeksi COVID-19 di seluruh dunia telah membuat banyak pemerintah menghentikan pelonggaran pembatasan. Ini telah membebani permintaan di Eropa dan AS "

Inggris berada pada titik kritis pada COVID-19, menteri kesehatan Matt Hancock mengatakan pada Minggu (20/9/2020), memperingatkan bahwa penguncian nasional kedua dapat diberlakukan jika orang tidak mengikuti aturan pemerintah yang dirancang untuk menghentikan penyebaran virus.

Sementara itu, Royal Dutch Shell Plc menghentikan beberapa produksi minyak dan mulai mengevakuasi pekerja dari anjungan Teluk Meksiko AS, kata perusahaan itu pada Sabtu (19/9/2020).

Badai Tropis Beta diperkirakan akan membawa hujan deras ke bagian pesisir Texas dan Louisiana saat badai ke-23 dari musim badai Atlantik tahun ini bergerak ke darat pada Senin malam, kata Pusat Badai Nasional.

Produsen-produsen minyak dan gas telah memulai kembali operasi lepas pantai mereka selama akhir pekan setelah diganggu oleh Badai Sally. Sekitar 17 persen produksi minyak lepas pantai Teluk Meksiko AS dan hampir 13 persen produksi gas alam offline pada Sabtu (19/9/2020) akibat gelombang dan angin Badai Sally.

Baca juga: Minyak cenderung datar saat perkembangan Libya imbangi dukungan OPEC+
Baca juga: Harga minyak melonjak, terkerek ancaman OPEC soal pangkas produksi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020