Jakarta (ANTARA) - Pasien yang terbukti positif COVID-19 harus mengonsumsi obat-obatan tertentu, apakah dalam kondisi tersebut pasien juga boleh minum pil hormonal demi mencegah kehamilan?

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Putri Deva Karimah dari RS Pondok Indah mengatakan oleh atau tidaknya menggunakan KB hormonal pada pasien COVID-19 masih sedang dilakukan penelitian lebih lanjut.

"Beberapa penelitian saat ini mengatakan bahwa COVID-19 salah satunya mengganggu masalah pembekuan darah yang berat, sedangkan KB hormonal itu sendiri (khususnya estrogen) memiliki sedikit pengaruh pada masalah pembekuan darah pada pasien Non-COVID-19," kata Putri dalam surel kepada ANTARA, Rabu.

Dokter akan selalu menanyakan apakah pasien memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, atau masalah gangguan darah, sebelum menyarankan untuk menggunakan KB hormonal.

Baca juga: Amankah pasang alat kontrasepsi saat pandemi COVID-19?

Baca juga: Kemarin, Titi Rajo Bintang melahirkan hingga jenis-jenis kontrasepsi


Hingga sat ini, Putri mengatakan belum ada penelitian yang menyatakan pasien COVID-19 dilarang menggunakan KH hormonal, kecuali pada pasien COVID-19 dengan gejala atau memiliki penyakit penyerta.

"Diperlukan pengawasan lanjutan dan penggantian metode atau penghentian penggunaan KB hormonal sebagai pertimbangan."

Suntik KB pengaruhi imunitas?

Suntik KB dan pil KB adalah metode kontrasepsi yang memiliki efek hormonal, membantu mengatur siklus hormon dalam tubuh dalam melangsungkan program Keluarga Berencana.

Putri menjelaskan, kandungan hormon dalam metode suntik dan pil dapat mengatur siklus haid yang tidak teratur menjadi teratur.

Juga menunda kesuburan sehingga tidak terjadi kehamilan, atau menangani apabila ada masalah perdarahan di luar siklus haid yang panjang.

Apakah metode suntik dan pil dapat mempengaruhi imunitas yang saat ini penting dijaga demi terhindari risiko paparan virus corona?

"KB suntik dan pil KB aman untuk digunakan, selama dalam pengawasan dan pasien berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan," katanya.

Putri menjelaskan, setiap obat punya reaksi dan efek samping yang bervariasi pada setiap individu. Risiko itu akan selalu diinformasikan petugas kesehatan sebelum pasien memilih metode kontrasepsi.

Baca juga: Jenis-jenis alat kontrasepsi dari hormonal hingga spiral

Baca juga: Yang perlu diketahui sebelum memilih metode kontrasepsi


Beberapa risiko efek samping dari metode kontrasepsi yang punya efek hormonal diantaranya adalah gangguan pada daerah lambung yang menciptakan rasa mual, sakit kepala, keluar darah atau flek setelah masa haid, berat badan bertambah, nyeri dada atau payudara.

Selain itu, alat kontrasepsi yang mengandung estrogen memiliki pengaruh pada masalah pembuluh darah dan pembekuan darah.

"Sehingga alat kontrasepsi ini tidak direkomendasikan bagi pasien yang memiliki masalah hipertensi, diabetes, jantung, dan masalah pembekuan darah," kata dia.

Selama masa pandemi, dia menyarankan pasangan untuk memilih metode kontrasepsi jangka panjang sehingga tidak perlu bolak-balik ke rumah sakit.

Konsultasikan kondisi kepada dokter melalui layanan jarak jauh untuk mengetahui apakah ada keharusan untuk segera memasang, melepas atau mengganti alat kontrasepsi.

Baca juga: Mengakses layanan kontrasepsi secara aman di tengah pandemi COVID-19

Baca juga: BKKBN: Kesadaran masyarakat ikut KB sudah tinggi

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020