Dalam kurun delapan bulan setahun pemerintahan yang dipimpin Presiden Jokowi-Wapres Mar'ruf Amin seluruh sumber daya baik orang, anggaran dan sarana dikerahkan untuk mengatasi wabah ini
Jakarta (ANTARA) - Sejarah kehidupan manusia selalu diwarnai peristiwa yang menjadi tonggak munculnya peradaban baru.

Dalam kurun waktu satu abad atau seratus tahun terakhir, misalnya, banyak sekali peristiwa yang terjadi. Semua mewarnai perjalanan perkembangan kehidupan pada fase-fase sejarah berikutnya.

Kurun satu abad terakhir adalah masa puncak penjajahan untuk memperebutkan wilayah demi penguasaan sumber daya alam. Ujungnya adalah perang antarnegara demi perluasan penguasaan wilayah.

Sejarah mencatat terjadinya Perang Dunia I pada 1914-1918 dan Perang Dunia II pada 1939-1945. Jutaan orang menjadi korban.

Apalagi peperangan dan konflik berujung perang ternyata tak reda dengan dua perang itu. Konflik antarnegara pada kawasan tertentu yang berujung perang masih terjadi dalam kurun 75 tahun terakhir yang semua menimbulkan banyak korban.

Namun menganggap berbagai perang itu adalah sumber utama begitu banyak korban manusia tampaknya keliru. Bencana kemanusiaan yang bersumber dari wabah ternyata paling dahsyat.

Wabah virus corona (COVID-19) saat ini menggugah ingatan publik terhadap sejarah flu Spanyol. Flu ini merebak lebih dua tahun sejak Februari 1918 hingga April 1920.

Lebih 500 juta orang atau sepertiga penduduk dunia menjadi korban (terinfeksi). Kematian yang ditimbulkan diperkirakan mencapai 17 juta hingga 50 juta, bahkan mungkin 100 juta orang.

Mobilitas
Ingatan publik terhadap wabah tersebut mengingat penyebabnya yang sama, yakni virus corona. Bedanya, menurut para ahli, flu Spanyol lebih pada radang influenza, tetapi COVID-19 disebut-sebut lebih kompleks lagi.

Kecepatan penyebaran atau penularan COVID-19 juga dinilai lebih dahsyat. Awal penyebarannya di Wuhan (China) pada November-Desember 2019, namun pada awal Januari 2020 diperkirakan telah lebih luas dan menjangkau negara lain.

Itu karena tipikal penularan dan penyebaran COVID-19 yang tidak hanya orang ke orang, tetapi juga melalui barang. Terakhir, disebut-sebut mengenai penyebaran melalui udara.

Mobilitas yang tinggi baik orang maupun barang menjadi ciri kehidupan saat ini. Satu sisi ini saja sudah bisa diperkirakan tingkat penyebarannya, apalagi melalui udara.

Itulah sebabnya, walau pada awal 2020 ada optimisme bahwa Indonesia akan bebas virus corona tipe baru tersebut, kenyataannya lain. Optimisme itu sirna ketika dua warga Depok (Jawa Barat) yang dirawat di Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso (RSPI) Jakarta pada 2 Maret 2020 dinyatakan terinfeksi COVID-19.
 
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menunjukkan tanda suntik vaksin di Puskesmas Garuda, Kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/8/2020). Ridwan Kamil mendapatkan penyuntikan pertama sebagai relawan pada uji klinis tahap III vaksin COVID-19 Sinovac (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)


Kabar ini sangat menyedihkan dan mencemaskan publik akan penyebarannya di kemudian hari. Kenyataan yang tidak terelakkan itu juga mulai memukul perekonomian nasional.

Kekhawatiran dan kecemasan itu memang benar terjadi di hari-hari berikutnya. Saat pertama kali diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada awal Maret 2020 baru dua orang terinfeksi, selanjutnya pasien terus bertambah.

Dari dua, menjadi puluhan per hari pada pekan berikutnya. Kemudian ratusan per hari pada akhir Maret, terus meningkat ke angka ribuan mulai 9 Juni 2020.

Baca juga: Indonesia sediakan vaksin COVID-19 jangka pendek hingga panjang

Mulai 9 Juli meningkat rata-rata 2.000 per hari, kemudian beberapa hari berikutnya turun di bawah 2.000. Namun naik lagi ke angka rata-rata di atas 2.000 mulai 29 Juli 2020.

Mulai 3 September menjadi rata-rata per hari 3.000 pasien positif. Hanya butuh 16 hari, yakni 19 Juli angka harian menyentuh di atas 4.000 hingga hari-hari ini.

Terus Naik
Data yang diumumkan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 memperlihatkan masih terjadinya pertambahan kasus baru setiap hari. Sampai Senin (19/10) pukul 12.00 WIB jumlah orang yang telah terinfeksi COVID-19 di Indonesia sebanyak 365.240.

Tetapi patut dicatat bahwa aras upaya keras dan terpadu yang dilakukan seluruh jajaran pemerintah, sebanyak 289.243 pasien telah berhasil disembuhkan. Sebanyak 63.380 masih menjalani perawatan di rumah-rumah sakit maupun isolasi mandiri.

Baca juga: Indonesia akan terima bantuan pengadaan vaksin secara multilateral

Meski harus diakui sebanyak 12.617 telah meninggal dunia akibat COVID-19, namun diyakini upaya keras dan terpadu terus dilakukan agar yang masih dirawat semakin banyak sembuh. Pun demikian angka kematian terus ditekan.

Baca juga: Kabupaten Bogor penerima jatah vaksin COVID-19 terbanyak di Indonesia

Satgas Penanganan COVID-19 juga mendata hari ini terdapat 162.410 suspek. Kasus COVID-19 telah terdata di 34 provinsi Indonesia dengan 501 kabupaten/kota dinyatakan terdampak penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu.
 
Provinsi Bali menjadi tempat uji coba penyuntikan vaksin COVID-19 yang kedua oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setelah Bogor, dengan simulasi penyuntikan vaksin itu dilakukan di Puskesmas 1 Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali, Senin (5/10/2020). ((FOTO Antara News Bali/Pande Yudha/2020))


Provinsi DKI Jakarta yang sejak awal pandemi penyebaran virus corona hingga kini juga masih menjadi menjadi episentrum (pusat) wabah ini. Jajaran pemerintah provinsi (pemprov) berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk pemerintah pusat mengerahkan seluruh sumber daya untuk mengendalikan COVID-19.

Pasien sembuh dari paparan COVID-19 di Jakarta per Senin juga terus bertambah setiap hari. Pada Senin padien sembuh bertambah sebanyak 1.125 sehingga jumlah pasien sembuh sejak awal pandemi ini di Jakarta menjadi 80.261 orang.

Jumlah pasien sembuh itu adalah sekitar 84,3 persen dari total kasus positif yang terpantau pada Senin ini sebesar 95.253 orang. Sebanyak 12.928 orang masih dirawat/diisolasi serta 2.064 orang meninggal dunia atau 2,2 persen dari total kasus positif.

Berjuang
Delapan bulan virus corona telah mencengkeram semua lini kehidupan masyarakat Indonesia. Semua orang tentu berharap wabah ini segera sirna dari Indonesia maupun dunia.

Dalam kurun waktu seratus tahun terakhir, inilah prahara dunia paling mengerikan melebihi perang. Tanpa menafikan adanya kerja sama internasional, setiap negara sedang berjuang dengan caranya sendiri untuk bebas dari virus ini.

Pun demikian setiap orang dihadapkan pada perjuangan dengan caranya sendiri untuk bisa bertahan (survive) melewati masa sulit. Namun sehebat-hebatnya perjuangan sendiri masih jauh lebih baik perjuangan secara bersama-sama.

Berkaca keberhasilan negara lain mengatasi wabah ini, kolaborasi semua elemen bangsa juga sangat tergantung peran masyarakat. Dari hal paling populer, yakni disiplin melakukan protokol kesehatan hingga bergotong-royong agar situasi tersulit ini segera berlalu.

Dalam kurun delapan bulan setahun pemerintahan yang dipimpin Presiden Jokowi-Wapres Mar'ruf Amin seluruh sumber daya baik orang, anggaran dan sarana dikerahkan untuk mengatasi wabah ini.

Kolaborasi pemerintah bersama semua komponen bangsa telah mampu menyembuhkan sebagian besar orang yang menjadi korban COVID-19. Pencapaian itu bahkan terwujud sebelum ada vaksin.

Karena itu, upaya pemerintah menghadirkan vaksin diyakini akan mampu menyembuhkan lebih banyak pasien positif terinfeksi virus corona. Juga membentengi warga dari penularannya agar wabah ini segera berakhir.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020