London (ANTARA) - Perdana Menteri Inggris Boris Johnsons sedang mempertimbangkan menerapkan langkah-langkah penguncian nasional baru pekan depan, di tengah keprihatinan bahwa rumah sakit di seluruh negeri itu kewalahan oleh kebangkitan kembali kasus-kasus COVID-19, koran The Times melaporkan pada Jumat.

Pembatasan baru itu dapat dimulai pada Rabu dan tetap berlaku hingga 1 Desember, sebut The Times.

Johnsons diperkirakan mengadakan konferensi pers pada Senin untuk mengumumkan langkah-langkah baru, yang dapat menutup semua hal kecuali toko-toko kebutuhan pokok dan "tempat-tempat pendidikan", kata koran itu.

Namun, langkah baru itu masih dibahas dan belum diputuskan, tambah Times, mengutip sumber senior di pemerintahan.

Para pejabat Kantor Kabinet belum menjawab permintaan komentar dari Reuters.

Inggris Raya pada Jumat melaporkan 24.405 kasus baru COVID-19 dan 274 kematian dalam 28 hari uji positif, menurut data pemerintah. Pemerintah kini mencatat lebih dari 20.000 kasus baru virus corona sehari rata-rata pada pekan lalu.

Penularan COVID-19 sedang melonjak secara terus-menerus di Inggris Raya yang jika tak ada sesuatu yang dapat dilakukan untuk mengurangi infeksi, skenario "kasus terburuk yang masuk akal" mengenai 80.000 kematian dapat terlampaui, para ilmuwan memperingatkan pada Jumat.

Saat ini, pemerintah memiliki sistem tiga lapis pembatasan untuk kawasan setempat di Inggris, dengan yang tertinggi Level 3. Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara menjalankan kebijakan mereka sendiri dalam memerangi pandemi.

Dalam lapis ketiga pembatasan, pertemuan antarkeluarga dilarang, pub dan bar diperintahkan tetap tutup, resepsi pernikahan tak diizinkan dan perjalanan keluar masuk wilayah itu harus dihindari.

Laporan The Times menambahkan bahwa pemerintah juga sedang mempertimbangkan langkah-langkah yang lebih ketat tingkat regional, dikenal sebagai lapis 4, namun para menteri konon lebih condong pada kebijakan berskala nasional.

Sumber: Reuters

Baca juga: EU desak WHO lebih transparan dalam penanganan pandemi

n
Baca juga: Moskow siapkan vaksinasi saat Rusia kekurangan dokter

 

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020