Dengan adanya perubahan dalam cara berkehidupan pada masa pandemi COVID-19, dimungkinkan menimbulkan pengaruh pada kesehatan mental, di antaranya meningkatnya rasa bosan, kecemasan, maupun kelelahan fisik, terutama bagi tenaga kesehatan
Depok (ANTARA) - Akademisi dari Fakultas Farmasi dan Psikologi Universitas Indonesia (UI) di saat masa pandemi ini berkolaborasi memberikan edukasi dan layanan konseling kesehatan mental sebagai bagian dari Program "Sehat Lawan COVID-19".

"Dengan adanya perubahan dalam cara berkehidupan pada masa pandemi COVID-19, dimungkinkan menimbulkan pengaruh pada kesehatan mental, di antaranya meningkatnya rasa bosan, kecemasan, maupun kelelahan fisik, terutama bagi tenaga kesehatan," kata dosen Fakultas Psikologi UI Dini Rahma Bintari, Ph.D, dalam keterangan di Depok, Jawa Barat, Kamis.

Menurut Dini, kesehatan mental adalah keadaan sejahtera setiap individu dengan menyadari potensi yang dimilikinya, di antaranya ditandai dengan kemampuan untuk bekerja secara produktif.

Kesehatan mental ini, kata dia,  memiliki hubungan erat dengan kesehatan tubuh, termasuk dalam hal imunitas.

Menurut dia gejala kesehatan mental yang perlu diperhatikan, seperti cemas, sulit tidur, lebih mudah marah, terus-menerus mencari berita yang negatif, sakit perut berlebihan, berpikiran negatif, tidak bisa bekerja atau belajar dengan baik, sukar tersenyum, menarik diri dari lingkungan, yang merupakan tanda-tanda terjadinya stres psikologis.

Ia menjelaskan tentang upaya menjaga kesehatan mental, yaitu adanya kesadaran terhadap potensi diri dan sekitar. Banyak bersyukur, berolahraga, mengonsumsi makanan yang sehat, memenuhi kebutuhan tidur dengan baik, mencoba hal baru.

Selain itu, hal yang dapat dilakukan untuk menunjang kesehatan mental adalah dengan mengatasi tekanan hidup, yakni dengan menerima perasaan yang ada, menerima kondisi dan mengelola perasaan tersebut untuk menjadi lebih positif dan menyadari bahwa ini memang bukan situasi yang normal,” katanya.

Ia menambahkan kesehatan mental dapat ditingkatkan dengan saling mendukung satu sama lain, bekerja secara produktif, melakukan hobi yang produktif seperti memasak, berkebun, mencari peluang ekonomi, ikut berkontribusi pada komunitas, berkegiatan sosial.

"Dan dapat menyebarkan informasi positif kepada masyarakat," kata Dini Rahma Bintari.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Multidisiplin Fakultas Farmasi (FFUI) Prof Dr Berna Elya, M.Si, Apt. menjelaskan tim sudah menggelar rangkaian seminar, kegiatan berkala selama empat tahun terakhir.

"Tahun 2020 ini, tema yang diangkat adalah 'Tinjauan Kesehatan Mental di Masa Pandemi COVID-19'," tambah Guru Besar FFUI itu.

Ia menjelaskan antusiasme masyarakat sangat tinggi atas program pengmas itu di mana sebanyak 800 peserta menyaksikan melalui siaran langsung Youtube FFUI dan 100 peserta mengikuti virtual melalui zoom.

Peserta tidak hanya berasal dari Indonesia, melainkan juga dari Malaysia.

"Kami berharap masyarakat dapat teredukasi secara mendalam, memadai, dengan landasan dasar ilmiah, dan dapat dipercaya karena bersumber dari pakar masing-masing bidang," katanya.

Selain itu, pihaknya juga mengemas seminar dengan bahasa yang lebih mudah dipahami dan tampilan yang lebih menarik bagi masyarakat. Kami juga mengajukan solusi ilmiah program sehat dan mudah diaplikasikan pada masyarakat, demikian Berna Elya.

Baca juga: Dokter RSUI beri tips menjaga tumbuh kembang anak selama pandemi

Baca juga: Direktur Vokasi UI: Pandemi COVID-19 tuntut perubahan pola hidup

Baca juga: Sejarawan UI sebut pandemi COVID-19 mirip wabah flu spanyol 1918

Baca juga: Perilaku hidup bersih warga belum berubah meski pandemi, sebut pakar

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020