Cara terbaik untuk memprediksikan masa depan adalah dengan cara terus berkarya setiap harinya. Menjadi trendsetter dan pemimpin perubahan akan membawa pada bangsa yang besar bila orientasinya terhadap growth mindset dan integritas kuat.
Jakarta (ANTARA) -  Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria mengatakan bahwa pola pikir yang selalu bertumbuh (growth mindset) adalah salah satu solusi gerakan revolusi mental yang bisa merombak bangsa Indonesia ke depan.

"Revolusi mental dalam kehidupan sehari-hari adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras dan memiliki semangat gotong royong," kata Arif Satria ketika menjadi narasumber di Webinar Nasional Gerakan Nasional Revolusi Mental 2020, menurut keterangan resmi IPB University diterima di Jakarta pada Selasa.

Prof. Arif juga menegaskan bahwa di era penuh ketidakpastian, manusia memerlukan kemampuan-kemampuan baru yang dapat mendukungnya untuk bertahan hidup. Pola pikir, perilaku dan cara kerja baru diperlukan dalam menghadapi masa depan.

"Mindset baru tersebut dapat merombak bangsa Indonesia ke depannya," ujar pria yang menjabat sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) itu.

Baca juga: IPB University siapkan ribuan agripreneur lewat CEO School

Baca juga: Rektor IPB University sebut kampus harus siap jadi R&D industri pangan


Menurut dia, Indonesia memerlukan dukungan orang-orang yang memiliki growth mindset yaitu pola pikir selalu tumbuh dan berkembang karena lingkungan selalu berubah.

Sebaliknya bila bangsa Indonesia memiliki pola pikir stagnan atau fixed mindset maka tidak akan mengalami kemajuan apapun. Fixed mindset tersebut hanya berfokus pada masa lalu dimana kegagalan adalah batas dari kemampuan.

"Tapi kalau orang memiliki growth mindset, ia akan mengatakan bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk tumbuh dan setiap tantangan itu akan membuat kita untuk tumbuh," ujarnya.

Revolusi mental dapat dimulai dari membangun dan memperkuat growth midset. Ia mencontohkan kreativitas CEO Alibaba Jack Ma yang dapat sukses berkarier walau tidak memiliki modal.

Kini, kesuksesan tak lagi tergantung hanya pada kualitas kampus namun kreativitas tinggi yang menjadi penentu. Keturunan juga bukan lagi faktor yang penting, kini orang-orang biasa dapat tumbuh menjadi orang hebat.

Pola pikir juga berpengaruh besar terhadap prestasi akademik dengan riset menjabarkan bahwa 27 persen kesuksesan pelajar di Amerika Utara berasal dari pola pikir yang baik.

Hal seperti motivasi dan kepercayaan diri memiliki dampak besar dibandingkan faktor lainnya, selain juga penting untuk mengasah kemampuan.

Ia menjelaskan faktor kesuksesan dalam bekerja bergantung pada faktor softskill hingga 85 persen dibanding kemampuan teknis. Faktor-faktor yang berkaitan pada kejujuran, kedisiplinan dan kemampuan interpersonal yang bagus adalah faktor-faktor di luar perkiraan yang harus diperhatikan.

Kemampuan itu juga sangat dibutuhkan dalam menghadapi skenario pendidikan di masa depan. Growth mindset dan karakter kuat menjadikan pembelajar yang lincah dan tangguh yang akan mudah menghadapi berbagai disrupsi serta paham dan yakin dapat melakukan perubahan yang dimulai dari diri sendiri.

Dibandingkan dengan tipe pembelajar yang kurang lincah, kurva kesuksesan akan terus menanjak akibat memiliki tekad, kepercayaan diri, dan prestasi yang tinggi.

Menghasilkan lulusan yang lincah dan tangguh juga menjadi salah satu tujuan pendidikan IPB 4.0. Target tersebut dapat diraih dengan mengintegrasikan kegiatan akademik dan kemahasiswaan dan menerapkan perkembangan tandem.

"Cara terbaik untuk memprediksikan masa depan adalah dengan cara terus berkarya setiap harinya. Menjadi trendsetter dan pemimpin perubahan akan membawa pada bangsa yang besar bila orientasinya terhadap growth mindset dan integritas kuat," demikian ujar Arif.*

Baca juga: Rektor : Krisis harus jadi momentum lompatan inovasi

Baca juga: Ketua FRI : Indonesia perlu investasi satelit untuk pendidikan

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020