... sudah jelas klaster Pilkada, ini kan sudah menunjukkan kasusnya...
Makassar (ANTARA) - Ahli epidemiologi dari Universitas Hasanuddin di Makassar, Prof Ridwan Amiruddin, menyebut, harus diwaspai peningkatan kasus penularan dan penyebaran virus Korona penyebab Covid-19 usai pelaksanaan Pilkada serentak 2020 yang berlangsung pada 12 daerah di Sulawesi Selatan.

"Itu sudah jelas klaster Pilkada, ini kan sudah menunjukkan kasusnya," ungkap dia saat dikonfirmasi berkaitan dengan sejumlah calon kepala daerah dan simpatisannya terkonfimasi positif, Jumat.

Kekhawatiran tentang tercipta mega klaster Pilkada ini sudah sangat sering diutarakan secara terbuka oleh berbagai kalangan sehingga merebak desakan dan imbauan penundaan kembali Pilkada serentak 2020 yang dilaksanakan di sembilan provinsi dan 270 kabupaten/kota itu. Pada Pilkada 2020 ini diketahui ada lebih dari 110.000.000 pemilih. 

Ketua tim konsultan Covid-19 Gugus Tugas Penanganan dan Percepatan Sulawesi Selatan ini menyebutkan, setelah pelaksanaan Pilkada, jumlah kasus cenderung mengalami peningkatan yang cukup siginfikan, berbeda saat sebelum Pilkada serentak.

Baca juga: Calon Bupati Maros terpilih Chaidir Syam terpapar COVID-19

"Kasus harian sebelum Pilkada maksimal 150, sekarang naik di angka 300 kasus," kata guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin itu.

Untuk itu, patut diwaspadai penyebaran virus Korona di tengah masyarakat, mengingat hampir semua orang berada di kerumunan baik saat kampanye maupun menyalurkan hak pilihnya di TPS. Ia memprediksi, kasus orang terpapar akan terus meningkat. "Besar peluang kasus ini akan naik terus sampai Januari tahun depan," ujar dia.

Saat ditanyakan apa langkah yang harus dilakukan masyarakat setelah ikut berkerumun, meski belum mengetahui terpapar atau tidak, kata dia, segera periksakan diri untuk mengetahui statusnya jangan sampai ikut menjadi penyebar virus.

Baca juga: Mahfud MD tegaskan belum ada klaster COVID-19 terkait pilkada

"Ada baiknya secara sukarela melakukan testing sekarang," kata dia.

Hasil itu menunjukkan peningkatan positif Covid-19 Sulawesi Selatan naik 15,4 persen dengan 22 kabupaten kota se-Sulawesi Selatan berada di zona oranye. Sedangkan, Kabupaten Bantaeng kini masuk zona merah, dan hanya Kabupaten Tana Toraja yang ada di zona kuning.

Data diperoleh dari Kementerian Kesehatan, jumlah kasus Covid-19 di Sulawesi Selatan pada 17 Desember 2020, ada 333 pasien baru terkonfimasi positif. Jumlah ini mengubah angka 24.019 pasien pada 16 Desember menjadi 24.352 pasien sehari kemudian.

Baca juga: Awas klaster pilkada

Kendati demikian, jumlah pasien sembuh juga bertambah 106 pasien dengan akumulasi sebanyak 19.898 pasien. Pasien meninggal dunia bertambah empat orang pasien dengan akumulasi sebanyak 541 orang.

Jumlah keseluruhan secara nasional penambahan pasien baru positif pada tanggal itu tercatat 4.995 pasien. Secara akumulatif pasien positif sebanyak 643.503. Sedangkan pasien sembuh tercatat 526.979 (tingkat kesembuhan 81,89 persen sementara rekor kesembuhan nasional pernah di angka hampir 85 persen)  dan meninggal dunia sebanyak 19.390 orang.

Sebelumnya, sejumlah calon kepala daerah dan tim sukses di Sulawesi Selatan mengumumkan dirinya positif terpapar Covid-19 melalui media sosial masing-masing.

Baca juga: Klaster pilkada menambah jumlah kasus positif COVID-19 di Tarakan

Di antara mereka adalah calon wali kota Makassar, Syamsu Rizal, kemudian calon bupati Maros, Chaidir Syam. Tidak hanya itu, Ilham Arief Sirajuddin diketahui tim Syamsu Rizal sekaligus mantan wali kota Makassar.

Selanjutnya, Amirul Yakin Ramadhansyah putra sulung dari Ilham Arief Sirajuddin pun ikut tertular. Status itu berdasarkan hasil uji usap. Bahkan Aksa Mahmud dan istrinya diketahui mertua dari calon wali kota Makassar, Munafri Arifuddin, juga terkonfimasi positif berdasarkan keterangan dari anaknya, Erwin Aksa.

Baca juga: Komisi II ingatkan kekhawatiran munculnya klaster COVID-19 di Pilkada
 

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020