Program ini akan terus dikembangkan serta direplikasi, untuk meningkatkan nilai ekonomi dengan berbagai inovasi produk turunan
Jakarta (ANTARA) - PT Pupuk Kaltim kembali memperkuat komitmennya menekan penumpukan sampah melalui program tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional 2021.

Selama tiga tahun terakhir, PT Pupuk Kaltim melakukan berbagai upaya penanggulangan hingga pemanfaatan sampah agar bernilai ekonomis.

Lewat kerja samanya dengan Pemkot Bontang, Pupuk Kaltim menginisiasi TPST Bessai Berinta, sebagai wadah pemilahan untuk mengurangi volume sampah yang disalurkan ke TPA Bontang Lestari setiap hari.

Inisiatif ini pun telah diperkuat dengan program black soldier fly (BSF), sebagai inovasi pengelolaan sampah sisa makanan.

Rangkaian solusi ini menjawab kondisi produksi sampah di Kota Bontang yang mencapai 80-85 ton per hari di TPA Bontang Lestari.

Baca juga: Agro Solution Pupuk Kaltim tingkatkan produktivitas hingga 80 persen

Vice President CSR Pupuk Kaltim Anggono Wijaya dalam keterangannya di Jakarta, Rabu mengatakan TPST merupakan pengembangan program Bank Sampah Bessai Berinta bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bontang, yang disinergikan mulai tahap perencanaan, implementasi, hingga monitoring dan evaluasi.

Gagasan ini berjalan sejak 2018, dengan kesinambungan program hingga 2022 mendatang.

"Program ini memiliki tujuan utama sebagai tempat pengolahan sampah terpadu dan mampu menjadi wadah edukasi pengolahan sampah bagi masyarakat Bontang," katanya.

Adapun fokus pengembangan program TPST Bessai Berinta juga merupakan langkah Pupuk Kaltim dalam memberdayakan masyarakat, khususnya di lima kelurahan dan satu kecamatan di Bontang, yakni Kelurahan Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah, Gunung Elai, Api-api, dan Bontang Kuala, serta Kecamatan Bontang Utara secara umum.

Pupuk Kaltim pun memberi dukungan dengan pengadaan sarana dan prasarana alat pemilah sampah di TPST Bessai Berinta senilai Rp411 juta, untuk meningkatkan kerja sama dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dan melibatkan kelompok swadaya masyarakat (KSM) sebagai pengelola serta pemilah sampah di Bontang.

"Ada dua jenis sampah yang diolah di TPST, yakni sampah organik untuk dijadikan kompos dan sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomi akan dipilih kembali untuk dijual," kata Anggono.

Pada pertengahan 2020, implementasi program ditingkatkan melalui inovasi pengolahan sampah sisa makanan dengan budi daya BSF maggot, sekaligus memunculkan nilai ekonomi tambahan untuk dikembangkan dengan target peningkatan produksi yang lebih besar.

Hal ini mengingat budi daya BSF mampu menghasilkan berbagai produk seperti kasgot (kompos padat), lindi (kompos cair) serta larva, yang bermanfaat untuk pakan ternak.

Hingga akhir 2020, pengembangan program melalui inovasi BSF di TPST Bessai Berinta berhasil membina dua kelompok binaan di Kelurahan Loktuan dan Api-api Bontang Utara, serta mampu mengolah 974.538 kg sampah sisa makanan dan menyalurkan 16,69 kg larva maggot untuk kelompok binaan tersebut.

"Program ini akan terus dikembangkan serta direplikasi, untuk meningkatkan nilai ekonomi dengan berbagai inovasi produk turunan," kata dia.

Seiring dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2021, Anggono juga menekankan Pupuk Kaltim akan terus menyikapi berbagai persoalan sampah sekaligus mengupayakan solusi berkesinambungan untuk menekan jumlah penumpukan yang terjadi.

Apalagi, pemerintah secara nasional menargetkan adanya penurunan sampah hingga 30 persen pada 2025, maka perlu mengubah pola pikir terhadap pengelolaan sampah, karena peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam mendukung hal tersebut.

Baca juga: Pupuk Kaltim catat realisasi produksi 2020 di atas RKAP
Baca juga: Lampaui target 2020, produksi Pupuk Indonesia tembus 12 juta ton

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021