London (ANTARA News) - Gamelan Sunda dan Bali berhasil menembus Teater Istana Bozar di Brussel dengan hadirnya 40 pemain gamelan Sunda Kyai Fatahilah dan gamelan Bali Smara Ratih yang tampil membius masyarakat Brussels.

"Festival Budaya Indonesia yang dirangkai dalam format pagelaran dan workshop menguasai semua ruangan teater Istana Bozar," ujar Minister Counsellor Pensosbud Diplik KBRI Brussel PLE Priatna dalam siaran pers yang diterima Antara London, Selasa.

Duta Besar RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa, Arif Havas Oegroseno hadir bersama CEO Museum Istana Bozar, Paul du Jardin, di tengah ratusan penonton yang melimpah di puncak acara penutupan Festival Budaya Indonesia yang digelar di tiga kota yaitu di Gent, Antwerpen dan Brusel.

Dubes Arif Havas Oegroseno mengatakan bahwa KBRI tengah menyiapkan program lanjutan, Festival Budaya Indonesia, yang akan diadakan di Belgia dan Luksemburg bekerja dengan Bozar, Anmaro, dan Pairidaisa.

Pentas orkestra gamelan Sunda asuhan Nano Suratno dan Iwan Gunawan gabungkan denyut tradisi dan warna musim modern yang menghentak dinamis serta alunan ritmik bertalu melengking sementara gamelan Bali Smara Ratih ala Anak Agung Gde Anom membius penonton yang tetap berada di tempat duduk meskipun pertunjukkan usai.

Nano Ruratno, Anak Agung Gde Anom Putra, Iwan Gunawan, I made Arnawa Pabuan melantunkan kolaborasi karya inspirasi Steve Reich. Inspirasi karya komponis Steve Reich, yang mencintai gamelan ini, dimainkan secara apik dan memperoleh standing applause yang luar biasa.

KBRI Brussel, Pusat Budaya Indonesia Brussel bekerjasama dengan Museum Istana Bozar dan impresariat seni Anmaro Amsterdam selama sepekan mengelar pesta gamelan dan tari di tiga kota di Belgia yang mendapat sambutan luar biasa.

"Degung, kecapi suling, tari jaipong Sunda, gendang dan terompet Pencak serta tarian dan gamelan Bali, menjadi suguhan langka, yang siap untuk go internasional memperluas kiprah keindonesiaan di Eropa ini," demikian PLE Priatna.(*)
 (U-ZG/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010