Masyarakat belum mengerti bahwa sebetulnya agama Baha’i itu sudah lama masuk ke Indonesia.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti senior di bidang toleransi dan keberagaman dari The Wahid Foundation Alamsyah M. Djafar mengatakan untuk bisa mengarusutamakan toleransi di Indonesia tentunya masyarakat perlu di dorong atau perlu mendapatkan informasi tentang keragaman agama dan keyakinan yang ada di Indonesia.

"Misalnya, setelah kejadian Menag itu muncul pernyataan bahwa Baha’i sesat atau agama baru. Itu sesungguhnya menunjukkan bahwa masyarakat belum mengerti bahwa sebetulnya agama Baha’i itu sudah lama masuk ke Indonesia," ujar Alamsyah dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Agar masyarakat makin sadar dan makin tahu, menurut Alamsyah, diperlukan usaha, antara lain bisa melalui pendidikan mengenai keragaman agama yang ada di Indonesia.

Disebutkan pula bahwa ada banyak agama di luar enam agama yang sudah diakui.

Pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, lanjut dia, tentunya masyarakat mungkin punya lebih banyak waktu menggunakan internet, baik melalui media sosial maupun media massa.

"Maka, informasinya akan makin beragam," kata pria yang juga menjabat sebagai Program Manager di Wahid Foundation ini.

Alamsyah menyebutkan pertama adalah menginformasikan kepada masyarakat; kedua, adalah memberikan pendidikan kepada anak-anak tentang keragaman agama dan keyakinan yang akan terus tumbuh di Indonesia karena globalisasi dan lain-lain.

Oleh karena itu, pria yang fokus pada isu kebebasan beragama ini menyampaikan bahwa untuk sampai pada sikap yang terbuka, masyarakat harus mengembangkan pola pikir yang terbuka sekaligus kritis.

Dengan demikian, kata dia, ketika menemukan informasi yang baru, tidak mudah langsung berburuk sangka dan lain-lain, tetapi bisa bersikap kritis.

Baca juga: Hoaks! Daftar jadwal varian virus COVID-19

Baca juga: Hoaks! Komedian Sule meninggal

Pewarta: Joko Susilo
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021