Jakarta (ANTARA News) - Aktris Ine Febriyanti akan tampil dalam karya budayawan dan prosais Goenawan Mohammad "Surti dan Tiga Sawunggaling" di Teater Salihara, 12-13 November 2010. Lakon yang ditulis pada 2008 ini disutradari Sitok Srengenge.

"Inti cerita Surti dan Tiga Sawunggaling tak ubahnya sebuah cermin. Apabila kita memandangnya, maka wajah dan perkataan kita akan dipantulkan kembali olehnya," kata Sitok, Senin.

Melalui burung Sawunggaling itulah Surti mengenang suaminya yang gugur sebagai komandan gerilya. Dengan berbagai kenangan lain yang menyertainya, seperti munculnya perlawanan politik, hubungan antargerilyawan serta kisah kecemburuan.

Ini adalah lakon imajis tentang sunyi seorang perempuan. Setelah suaminya ditembak mati serdadu Belanda, Surti mengisi hari-harinya dengan membatik.

Salah satu batik kesayangannya bercorak tiga sawunggaling: burung mitologis yang, menurut cerita neneknya, datang dari sebuah benua yang terbelah. Dalam belahan itu ada lahar yang tiap pagi mengeras dan akhirnya menjadi cermin.

Burung sawunggaling adalah makhluk cermin. Tiap kali kita memandangnya, wajah, gerak, dan kata-kata kita dipantulkannya kembali.

Melalui tiga sawunggaling yang setia menemaninya itu Surti mengenang Jen, suaminya -- seorang komandan gerilya yang ganjil, gemar memburu mimpi. Segala yang dialami Surti, pikiran dan perasaannya, pun seolah terpantul ke arah kita: keraguan tentang yang mistik, kegamangan tentang politik dan perjuangan fisik, juga gairah, amarah, rasa cemburu dan kehilangan yang saling bertautan.

Dalam lakon itu, hanya Surti dan sejumlah perabot belaka yang nyata. Selebihnya, benda-benda dan peristiwa, tak lebih dari kenangan atau khayalan.

Sebagai sebuah lakon teater berbentuk monolog, Surti dan Tiga Sawunggaling menurut rencana akan dikelilingkan di empat kota: Lampung, Jogja, Semarang, dan Bandung. Dan, tidak menutup kemungkinan tahun depan akan dibawa ke Adelaide, Australia dan Amsterdam, Belanda.
(ANT/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010