Jakarta (ANTARA) -
Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana berharap semangat dan prestasi yang lahir dari ajang kreasi Sastra Saraswati Sewana bisa menjadi bibit yang baik untuk pemajuan aksara, sastra, dan bahasa Bali pada pada masa mendatang.

AAGN Ari Dwipayana dalam keterangan pers diterima di Jakarta, Minggu, menyebutkan Yayasan Puri Kauhan Ubud bertekad melanjutkan kegiatan sejenis, namun dengan kreasi dan inovasi baru agar tidak monoton sehingga tetap menarik dan berkontribusi pada pemajuan kebudayaan Bali.
 
Ari menyampaikan terima kasih kepada para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Gubernur Bali, dan para sponsor atas dukungan bagi suksesnya penyelenggaraan acara tersebut.

Baca juga: Ari Dwipayana ajak warga jadikan krisis sebagai tantangan dan peluang
 
Pada kesempatan itu AAGN Ari Dwipayana mengingatkan bahwa krisis yang terjadi sekarang, ibarat api. Dia mengutip itu seperti yang pernah dikatakan Presiden Jokowi.

Menurut Ari, api itu kalau bisa dihindari, tetapi jika terjadi ada banyak hal yang bisa dipelajari. Api membakar, tetapi juga sekaligus menerangi.
 
Sementara itu, Malam Puncak Sastra Saraswati Sewana dilaksanakan secara hibrid, tepat pada Hari Suci Saraswati, Saniscara Umanis Watugunung 28 Agustus 2021. Dalam acara tersebut diserahkan hadiah kepada 30 penulis dari 6 kategori dan pertunjukan seni yang bertema "Sih".

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, yang hadir secara daring memberikan sambutan dan apresiasi sekaligus menyampaikan selamat kepada para peserta dan pemenang yang tetap kreatif menciptakan Karya Sastra Bali Klasik dan Bali Modern di tengah pandemi.
 
Sementara itu, Staf Khusus Presiden Sukardi Rinakit menilai ajang tersebut mengingatkan dan menuntun semua elemen untuk kembali ke akar pengetahuan, akar "kaweruh" atau wawasan, dan akar kesadaran yang pada akhirnya akan bermuara kesatu titik, yaitu rasa kemanusiaan dan kemanusiaan itu sendiri.

Baca juga: Ari Dwipayana yakin semangat persatuan Indonesia dapat atasi krisis

Puisi, cerpen, satua, kidung, kakawin, dan geguritan, menurutnya, merupakan kesadaran itu sendiri dan buat kemanusiaan itu sendiri.
 
Dalam Konteks tersebut, katanya, Sastra Sarasawati Sewana sebagai Pemarisudha Gering Agung, dapat diibaratkan sebagai pil pahit.
 
"Pil atau obat yang menyehatkan, namun tidak akan hebat dan mujarab kalau tidak ada kesadaran pengetahuan, kesadaran kaweruh, dan kesadaran kemanusiaan," ucap Sukardi Rinakit.
 
Setelah penyerahan dana apresiasi, acara diakhiri pertunjukan "Sih", sebuah dongeng visual tentang kelahiran seorang manusia yang penuh kasih kepada semesta. dongeng yang memaknai perjalanan manusia ke bumi dengan beribu bapa pengetahuan, aksara, dan sastra.
 
Pertunjukan seni itu disutradarai sutradara muda berbakat Kamila Andini dengan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Setyani. Kemudian, para penampil, yakni Yayasan Bumi Bajra Shandi, Wayang Sunar, Ayu Laksmi, dan Aryani Willems.

Baca juga: Ari Dwipayana: Geliat sastra Bali tetap hidup di masa pandemi

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021