Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr dr Aman Bhakti Pulungan , Sp.A(K), FAAP, FRCPI(Hon) mengatakan perlu adanya edukasi dan peningkatan kesadaran (awareness) masyarakat untuk anak-anak penyandang diabetes, terutama diabetes tipe 1.

Prof. Aman mengatakan, masih ada stigma tertentu bagi anak-anak penyandang diabetes, terutama di sekolah atau di kalangan sesama anak-anak, karena mereka harus mendapatkan perawatan khusus. Banyak juga yang berpikir bahwa anak-anak penyandang diabetes dapat menularkan penyakitnya ke orang lain.

Baca juga: Mengapa anak muda bisa kena diabetes?

"Tantangan terbesar, lebih kepada bagaimana lingkungan harus menerima mereka (anak-anak penyandang diabetes) sebagai orang normal. Karena, mereka memiliki hak untuk melakukan dan menjadi apa saja. Ini adalah yang utama," kata Prof. Aman dalam jumpa media daring, ditulis pada Selasa.

Lebih lanjut, ia mengatakan stigma yang terbentuk pun akhirnya mempengaruhi pasien anak-anak dalam melihat dan menerima dirinya sendiri.

"Dengan menangani mereka sebagai diagnosis medis mungkin tidak sulit. Tetapi, untuk membuat mereka merasa seperti orang normal pada umumnya, ini lebih sulit. Anak-anak dengan diabetes di sekolah, mereka diperlakukan berbeda dengan orang lain," jelas Prof. Aman.

"Perlu diketahui, mereka bisa menjadi apa saja di masa depan. Mereka bisa menjadi menteri kesehatan, menjadi dokter, menjadi musisi. (Stigma) Ini yang paling menantang. Sehingga, perlu lebih banyak pendidikan dan kesadaran. Mereka bisa normal, hidup normal di rumah, meskipun mereka masih anak-anak," ujarnya menambahkan.

Sebagai informasi, anak-anak dan remaja pun tidak luput akan diabetes. Diabetes tipe 1 adalah tipe diabetes yang yang lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Namun, diabetes tipe 1 juga terkadang bisa menyerang bayi, balita, dan orang dewasa.

Diabetes tipe 1 terjadi akibat kelainan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh anak merusak atau menghancurkan pankreasnya sendiri, sehingga fungsi pankreas menjadi terganggu.

Akibatnya, anak yang menderita diabetes tipe 1 hanya menghasilkan sedikit atau bahkan tidak menghasilkan hormon insulin sama sekali. Kondisi ini bisa menyebabkan kadar gula darah meningkat dan lama kelamaan merusak organ serta jaringan tubuh.

Menurut data dari IDAI, angka kejadian diabetes pada anak usia 0-18 tahun di Indonesia meningkat hingga lebih dari 1.000 kasus dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini.


Baca juga: Anak penyandang diabetes boleh vaksinasi COVID-19

Baca juga: Reformasi sistem pelayanan kesehatan kunci hadapi pandemi

Baca juga: Risiko diabetes lebih tinggi pada anak yang kegemukan

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021