Brasilia (ANTARA) - Kematian remaja berusia 16 tahun setelah menerima dosis pertama vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech disebabkan oleh kondisi pembekuan darah sebelumnya yang tidak terkait dengan vaksin, demikian pernyataan regulator kesehatan Brazil, Anvisa, pada Rabu (22/9).

Anvisa mengatakan kematian itu disebabkan oleh penyakit autoimun yang diderita remaja tersebut.

"Itu gambaran klinis ciri khas purpura trombositopenik trombotik (TTP), penyakit autoimun," kata Anvisa melalui pernyataan.

TTP adalah kelainan langka yang menyebabkan darah lebih cepat menggumpal yang dapat menimbulkan masalah medis serius jika membatasi aliran darah ke organ-organ seperti otak, ginjal atau jantung.

Kekhawatiran tentang vaksin COVID-19 dan pembekuan darah memicu penyelidikan oleh para peneliti di seluruh dunia.

Baca juga: Brazil ingin stop vaksinasi COVID bagi remaja setelah terjadi kematian

Komisi Eropa meminta pandangan ilmiah dari Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) mengenai apakah kaum perempuan dan dewasa muda berisiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah setelah disuntik vaksin COVID-19 AstraZeneca.

EMA tidak langsung mengonfirmasi apakah ini masalahnya.

Pemerintah federal Brazil pekan lalu berusaha menghentikan vaksinasi COVID-19 di kalangan remaja sambil menyelidiki kematian tersebut sebagai kejadian ikutan pascaimunisasi. Namun sejumlah negara bagian bertekad untuk melanjutkan program tersebut.

Sekitar 3,5 juta warga Brazil berusia di antara 12-17 tahun telah memperoleh vaksin COVID-19.

Pfizer merupakan satu-satunya vaksin yang diizinkan untuk digunakan pada anak-anak di Brazil.

Sumber: Reuters
​​​​​​​
Baca juga: Brazil tangguhkan 12 juta dosis vaksin Sinovac
Baca juga: Brazil akan berikan vaksin COVID penguat pada kalangan lansia

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021