Medan (ANTARA News) - Sejumlah warga yang bermukim di tepi Sungai Deli di Lingkungan III dan IV Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Sumbar, menolak direlokasi sekali pun pemerintah akan membangunkan rumah susun bagi mereka.

"Kami rasanya sulit pindah dari tempat ini (tepi Sungai Deli,red) ke lokasi yang direncanakan Pemerintah Kota Medan," kata salah seorang warga Lingkungan III Kelurahan Aur, Dahniar (74) di Medan ketika diminta komentarnya mengenai rencana relokasi itu, Senin.

Mengenai wacana relokasi yang akan dilakukan Pemkot Medan untuk menghindari agar warga yang tinggal di bantaran Sungai Deli tidak terkena banjir, menurut dia, juga tidak akan menyelesaikan masalah bagi masyarakat.

Sebab, katanya, terjadinya banjir dan meluapnya Sugai Deli itu, sudah hal yang biasa bagi warga yang bermungkim di lokasi tersbut.

"Yang penting bagi kami, kalau terjadi banjir dan Sungai Deli meluap, siap-siap untuk mengungsikan barang-barang dan menyelamatkan diri," kata Dahniar yang sudah 56 tahun tinggal di Lingkungan III itu.

Mengenai rencana Pemkot Medan yang akan membangun rumah susun di Lingkungan III dan IV sudah cukup lama, namun masyarakat di daerah itu kurang mendukung dan menyambut baik.

Pembangunan berupa rumah susun itu, kurang diterima oleh ratusan kepala keluarga (KK) yang saat ini tinggal di daerah tersebut.

Bahkan, sebelumnya mengenai wacana pembangunan rumah susun itu, pernah dibentuk panitia, namun akhirnya tidak jalan, karena masyarakat kurang mendukung dan banyak yang memrotes.

Selain itu, rumah susun itu juga sangat terbatas jumlah orang yang bisa tinggal, terlalu tinggi dan sulit rasanya jika warga turun naik dari rumah tersebut, apalagi kalau orang tua.

Dahniar mengatakan, kalau pun dibangun rumah susun di tempat itu, warga juga tidak mampu untuk membayarnya, karena masyarakat yang tinggal di lokasi tersebut rata-rata ekonomi menengah kebawah.

"Pemerintah sulit merelokasi warga yang sudah lama tinggal di pinggiran Sungai itu, dan tempat tersebut juga sulit untuk dilupakan masyarakat. Ada warga yang sudah turun-temurun tinggal di daerah itu," katanya.

Banjir

Sebelumnya, banjir yang terjadi Kamis (6/1) sekitar pukul 04.00 WIB, menggenangi lebih kurang 700 rumah warga di Lingkungan III dan IV Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, tidak korban jiwa pada peristiwa tersebut.

Banjir yang melanda Kota Medan itu, akibat meluapnya Sunga Deli yang berada di belakang rumah warga, hanya berjarak lebih kurang 15 meter.

Sebelumnya, hujan turun sangat lebat pada Rabu (5/1) sekitar pukul 23.00 WIB hingga Kamis dinihari.

Lumpur

Sebelumya, ratusan warga di Lingkungan III dan IV Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Jumat dinihari hingga pukul 16.00 WIB masih terus membersihkan tumpukan lumpur dan sampah sisa banjir di dalam rumah mereka.

Salah seorang warga Lingkungan IV Kelurahan Aur, Ibu Nian (56) Jumat, (7/1) mengatakan, pembersihan tersebut dilakukan sejak Kamis (6/1) pukul 24.00 WIB, ketika air banjir mulai kelihatan surut.

Sampai saat ini, menurut dia, segala bentuk kotoran berupa plastik botol aqua, sisa potongan kayu, kain bekas dan pecahan kaca atau besi bekas yang masuk ke dalam rumah warga atau berserakan di halaman rumah dibersihkan.

Kalau tidak secepatnya dibersihkan, jelas akan merusak pandangan mata, dan menimbulkan ganguan kesehatan, karena kotoran itu menimbulkan bau tidak sedap.

"Makanya seluruh warga rumahnya terendam banjir, secara bergotongroyong membereskan lumpur dan sampah yang berasal dari Sungai Deli meluap mencapai empat meter itu," katanya.

Lumpur bercampur tanah itu, menurut dia, tinggal di dalam rumah tersebut ketinggiannya mencapai 20 centimeter.

Lima Kecamatan

Sementara itu, banjir yang terjadi di Kota Medan Kamis dinihari itu, mengenangi ribuan rumah penduduk yang terdapat di lima kecamatan, yakni Kecamatan Medan Maimun, (Kelurahan Kampung Aur, Kelurahan Hamdan, Kelurahan Kampung Mati dan Kelurahah Kampung Baru.

Kemudian, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Sunggal.

Kerugian materi yang disebabkan banjir tersebut, belum dapat diketahui dan masih terus didata.

(M034/F002/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011