Dari 50 desa wisata yang masuk dalam finalis Anugerah Desa Wisata Indonesia, ini merupakan desa yang pertama dikembangkan menjadi desa wisata edukasi tentang pemahaman kebencanaan
Banda Aceh (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menjadikan Desa Wisata Nusa di Kabupaten Aceh Besar menjadi desa wisata pertama di Indonesia yang berbasis edukasi kebencanaan.

"Dari 50 desa wisata yang masuk dalam finalis Anugerah Desa Wisata Indonesia, ini merupakan desa yang pertama dikembangkan menjadi desa wisata edukasi tentang pemahaman kebencanaan," kata Sandiaga Uno saat meninjau Desa atau Gampong Nusa di Aceh Besar, Aceh, Rabu.

Dia menjelaskan Desa Nusa memiliki daya tarik yang luar biasa, baik dari keindahan alam, seni dan budaya, serta yang sangat potensial lagi sangat cocok untuk pengembangan wisata berbasis edukasi tentang kebencanaan.

Menparekraf akan menyusun program tersebut dengan melibatkan para pihak seperti pemerintah daerah, BMKG, instansi pendidikan dan bahkan pihak luar negeri seperti Jepang.

Menurut Sandiaga, Gampong Nusa memiliki sejarah tentang tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada 2004 silam, sehingga melalui program tersebut warga dan wisatawan dapat belajar tentang kebencanaan.

"Karena desa ini punya histori tentang tsunami 2004. Kita ingin belajar dari apa yang terjadi dan kearifan lokal yang bisa kita edukasikan khususnya kepada sekolah-sekolah. Sehingga masyarakat lebih tahu seandainya ada gempa potensi tsunami, apa yang harus dilakukan," katanya.

Nantinya, tambah Sandiaga, spot desa wisata Gampong Nusa itu akan sering dikunjungi sekolah-sekolah, sama seperti Rinkai Disaster Prevention Park di Tokyo Jepang, yang menjadi tempat belajar mitigasi bencana.

Saat ini, kata Menparekraf, desa wisata Gampong Nusa telah memiliki 42 unit homestay, rumah panggung kayu tradisional dengan balutan warna-warni dari swadaya warga desa Nusa.

Oleh karenanya Menparekraf memberi bantuan seprai untuk 42 homestay itu, mengingat selama ini fasilitas tempat tidur maupun kamar mandi masih belum standar internasional, seperti warna seprai, sarung bantal, termasuk handuk yang masih warna beragam, selain putih.

"Karena memang homestay itu standarnya seprai, sarung batal, berwarna putih supaya bisa dilihat kebersihannya," kata Sandiaga.

Ini bantuan langsung kami hadirkan, karena disini tergolong banyak homestay, tapi belum standardisasi. Karena homestay berkelas dunia adalah putih, dan karena disini sudah menerima kunjungan wisatawan dari Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan Singapura, maka ini juga harus memiliki standar internasional," katanya.

Baca juga: Manparekraf tinjau desa finalis Anugerah Desa Wisata di Aceh
Baca juga: Sandiaga ingin MotoGP-Superbike Mandalika beri dampak bagi desa wisata
Baca juga: Tabanan siap wujudkan Desa Wisata berbasis Pariwisata Kerakyatan

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021