Ketersediaan bangunan tahan gempa adalah suatu kebutuhan
Jakarta (ANTARA) - Kerugian dan kerusakan akibat gempa menjadi bertambah signifikan ketika rumah-rumah warga dan bangunan runtuh sering kali menimpa warga dan mengancam nyawa warga yang tinggal di dalam dan berada di sekitarnya.

Selain dapat menyebabkan korban meninggal, gempa berkekuatan merusak juga mengakibatkan kerugian material cukup besar karena banyaknya jumlah rumah warga dan bangunan mengalami kerusakan mulai dari rusak ringan hingga berat.

Proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa di kemudian hari juga akan menelan banyak dana.

Sebagai contoh, pada 2018 terjadi gempa magnitudo 7 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan magnitudo 7,4 di Palu, Sulawesi Tengah, yang menyebabkan ribuan nyawa melayang dan kerugian materi sangat besar akibat infrastrukur seperti rumah tinggal rusak.

Untuk gempa yang terjadi di Lombok, sekitar 74 ribu rumah mengalami rusak berat, sedangkan gempa Palu menyebabkan sekitar 66 ribu rumah mengalami kerusakan.

Pemanfaatan perkembangan teknologi dan inovasi menjadi salah satu kunci untuk meminimalkan risiko bencana terutama mengurangi dan meminimalkan korban jiwa dan kerusakan materi.

Inovasi yang berhasil dikembangkan Pusat Teknologi Material (PTM) Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mitigasi bencana gempa adalah rumah komposit tahan gempa.

Rumah tahan gempa itu dinamakan rumah komposit, yang bermakna rumah dengan berbagai bahan material, khususnya material komposit polimer.

Berbagai material yang digunakan memiliki sifat tahan api dan cukup ringan seperti panel komposit FRP, struktur baja ringan, dan aluminium, sehingga total berat struktur rumah komposit dapat mencapai seperempat kali dibandingkan berat struktur rumah konvensional.

PTM melakukan desain dan pengembangan bangunan rumah komposit dengan konsep cepat bangun, yang menjadi salah satu upaya dalam memberikan alternatif solusi teknologi yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pencegahan, penanganan, dan pemulihan korban akibat bencana gempa bumi.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala PTM OR PPT BRIN Ade Sholeh Hidayat mengatakan Indonesia harus mempunyai rumah tanggap darurat untuk bencana, seperti bangunan rumah tahan gempa.

"Ketersediaan bangunan tahan gempa adalah suatu kebutuhan bagi bangsa Indonesia yang belum memiliki standar bangunan rumah tahan gempa," ujarnya.

Untuk itu, inovasi teknologi bangunan tahan gempa, tahan api, cepat bangun dan murah menjadi hal yang penting dilakukan.

Baca juga: Urgensi bangunan aman gempa untuk minimalisasikan korban jiwa

Baca juga: Warga Tompe bangun huntap sendiri pakai konsep rumah tahan gempa


Inovasi rumah tahan gempa

Program pengembangan inovasi rumah tahan gempa itu merupakan bagian dari Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024 tentang Teknologi Bangunan Tahan Gempa, Tahan Api, Cepat Bangun.

Program pengembangan inovasi itu juga sejalan dengan Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Inovasi teknologi itu masuk dalam agenda program prioritas nasional dalam rangka penguatan sistem mitigasi multi ancaman bencana terpadu dan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana BNPB 2020-2024 untuk mewujudkan Indonesia Tangguh Bencana Untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Pengembangan rumah komposit tahan gempa diawali sejak 2019 di mana PTM OR PPT BRIN berhasil mewujudkan prototipe pertama di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) di Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Prototipe pertama itu disebut sebagai Bale Kohana (Komposit Tahan Gempa) yang merupakan prototipe Rumah Hunian Tetap generasi 1 dengan tipe 36.

Rumah hunian tersebut menggunakan sistem saling mengunci (joint interlock system), bingkai aluminium (alumunium frame) dengan lapisan (coating) tahan korosi, dan komposit sandwich panel (panel sandwich) composite.

Pada 2020, PTM OR PPT BRIN telah berhasil membangun dua unit prototipe Rumah Komposit Tahan Gempa yang ditempatkan di Keranggan, Tangerang Selatan, Banten, yang akan digunakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tangerang Selatan.

Rumah tahan gempa juga telah dibangun di Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, Banten, yang akan digunakan oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang sebagai solusi mendukung program infrastruktur mitigasi bencana.

Saat ini, pada 2021 PTM BRIN melanjutkan inovasi teknologi dengan membangun satu unit prototipe Rumah Komposit Tahan Gempa dua lantai yang akan ditempatkan di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, dan akan digunakan BPBD Kabupaten Lebak.

Institusi tersebut juga sedang membangun tiga unit prototipe Rumah Komposit Tahan Gempa untuk ditempatkan di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur sebagai rumah guru.

Sementara Kepala Program Inovasi Teknologi Bangunan Tahan Gempa PTM OR PPT BRIN Seto Roseno mengatakan rumah itu dapat dibangun dengan cepat menggunakan sistem joint interlock, dan dikerjakan dengan waktu kerja non-pondasi dalam tujuh hari dengan empat pekerja.

"Inovasi bangunan rumah tahan gempa mengutamakan desain optimasi elemen struktur ringan namun kuat yang akan mereduksi beban geser dasar gempa pada struktur bangunan, sehingga diperoleh ketahanan struktur Rumah Komposit Tahan Gempa terhadap beban gempa," katanya.

Keunggulan rumah itu adalah cepat bangun, bersifat knock down, modular, tahan api, menggunakan panel dinding dan bingkai struktur ringan, simulasi riwayat waktu dan spektrum respons zonasi gempa, dengan sistem isolasi dasar seismik, dan desain rumah tumbuh dan deret.

Atap rumah tahan gempa tersebut terbuat dari baja ringan dan genteng metal.

Simulasi komputasi untuk prediksi ketahanan gempa berdasarkan perilaku zonasi gempa Lombok 2018 juga telah terpenuhi. Lebih jauh, material bangunan dapat diangkut dengan cukup ringan melalui jalur darat, laut, atau udara ke lokasi yang membutuhkan.

Harga per unit bangunan hunian tahan gempa yang memiliki ukuran bangunan simetris yaitu tipe 36 (6X6 meter persegi) tersebut adalah sebesar Rp80.000.000, yang mana termasuk instalasi air dan listrik, dan di luar harga tanah, ujar Seto Roseno.

Proses pengadaan unit bangunan saat ini dilakukan melalui jasa layanan Pusat Pelayanan Teknologi (Pusyantek) BRIN dengan melibatkan industri lokal PT Sakura Makmur Lestari.

Rumah Komposit Tahan Gempa sebagai hasil karya anak bangsa tersebut menjadi solusi untuk infrastruktur mitigasi bencana khususnya di wilayah rawan bencana.

Inovasi teknologi bangunan tahan gempa, tahan api, yang layak, aman, dan cepat bangun dengan harga yang terjangkau tersebut diharapkan dapat lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak pemerintah daerah, industri dan masyarakat untuk mengurangi risiko bencana gempa.

Baca juga: Peneliti: Penggunaan bahan bangunan ringan lebih tahan gempa

Baca juga: Belajar dari gempa dahsyat Tahun 2000
​​​​​​​

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021