belajar dari kearifan lokal
Jakarta (ANTARA) - Febiliana Sari dari MHF Kitchen mengatakan bahwa makanan yang disediakan untuk korban bencana alam juga harus disesuaikan dengan kearifan lokalnya.

"Waktu itu tahun 2018 ada gempa di Lombok, kami bikin bubur kacang hijau. Waktu datang kita bikinnya ya ala kota saja. Pakai roti segala macam. Tapi enggak ada yang mau mereka," jelas Febi saat dijumpai di Jakarta, Selasa (4/01).

"Akhirnya kita diajarin, jadi kalau di Lombok itu, bikin bubur kacang hijau enggak kayak gitu. Jadi bubur kacang hijau di Lombok itu harus ditambahin kayak ubi atau labu gitu. Oke, akhirnya besoknya kita bikin dan laku. Jadi kita belajar dari kearifan lokal," tambahnya.

Lebih lanjut, Ichil Salam dari MHF Kitchen juga menceritakan bahwa di lokasi bencana para korban membutuhkan alat makan yang bisa digunakan kembali. Sebab, barang-barang korban sudah habis terkena bencana alam. Oleh karena itu, MHF Kitchen pun menyediakan makanan dengan menggunakan kotak yang dapat digunakan kembali.

"Waktu kita turun ke lapangan awal di Lombok itu, kita membawa piring-piring plastik dengan pemikiran bahwa itu akan dipakai. Karena makanan kita kan bubur untuk anak-anak. Jadi mangkok-mangkok itu akan kita ambil kembali untuk kita cuci," jelas Ichil.

"Kenyataannya adalah itu nggak bisa jalan. Bukan karena hilang. Karena mereka mau. Karena mereka kalau dapat makanan orang kasih tu styrofoam, kertas, which is itu mudah hancur dan mereka nggak punya lagi kan. Dapurnya sudah luluh lantak," ujar Febi menambahkan.

"Akhirnya kita pakai container yang plastik yang keras itu lho. Yang ada tulisannya untuk microwave gitu. Itukan bisa berkali-kali kan. Bisa puluhan kali. Itu ada tutupnya, bahkan kita kasih sendok juga. Dan itu bisa mereka kumpulkan gitu," sambung Febi.

Terakhir, Ichil juga menyampaikan bahwa wadah seperti ini akan lebih bermanfaat untuk para korban bencana alam. Meskipun tidak dapat digunakan dalam jangka panjang, setidaknya wadah yang dapat dipakai kembali dapat menjadi alat makan para korban untuk sementara.

"Akan lebih bermanfaat dibanding menggunakan styrofoam. Karena kita lihat sampah di pojokan itu styrofoam. Meskipun ada pakai kertas, tetap saja kertasnya ada lapisan plastiknya kan? Dan yang bikin kita happy tuh ini packaging yang kita gunakan bisa dipakai lagi sama mereka. Walaupun hanya untuk sementara," tutup Ichil.

Baca juga: Kafe ini sajikan donat bombolini dengan isi melimpah

Baca juga: Makan burger truffle dikelilingi pemandangan gedung pencakar langit

Baca juga: Sepuluh makanan banyak dicari di layanan pesan antar tahun 2021


Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022