Jakarta (ANTARA) - Berikut adalah ringkasan perkembangan pandemi COVID-19 di berbagai belahan dunia hari ini:

Jenis masker terbaik untuk mencegah COVID-19

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan orang Amerika harus memakai masker yang memiliki perlindungan terbaik.

Masker N95 dirancang untuk menyaring sedikitnya 95 persen partikel di udara dan mencegah masuk partikel berukuran lebih dari 0,3 mikron.

Masker KN95 dan KF94 masing-masing disertifikasi di China dan Korea Selatan dan memberikan perlindungan yang sama dengan masker N95. KF adalah singkatan dari "Korean filter" dan memiliki tingkat penyaringan 94 persen.

CDC mengatakan masker dirancang untuk sekali pakai tapi bisa digunakan lebih dari sekali jika terjadi kelangkaan. Badan itu mengatakan N95 sebaiknya tidak digunakan lebih dari 5 kali.

CDC juga mengatakan masker medis yang dipakai bersama masker kain bisa memberikan perlindungan ekstra jika N95 tidak tersedia.


Baca juga: CDC sebut masker kain tak efektif tangkal Omicron

Kabinet Inggris akan tinjau ulang aturan COVID-19

Perdana Menteri Boris Johnson akan menggelar rapat kabinet pada Rabu untuk meninjau ulang aturan pembatasan COVID-19 ketika dia berusaha mengalihkan perhatian publik dari pesta-pesta yang digelar di kediamannya selama lockdown.

Aturan yang dikenal sebagai "Rencana B" tersebut diberlakukan bulan lalu ketika varian Omicron menyebar cepat di seluruh kerajaan Inggris.

Aturan itu mencakup panduan bekerja dari rumah jika dimungkinkan, memakai masker di dalam ruangan dan menunjukkan paspor vaksin dalam kegiatan massal.

Baca juga: The Mirror: PM Johnson hadiri pesta perpisahan pada akhir 2020

China laporkan kasus lokal terendah dalam dua pekan

China melaporkan jumlah terendah kasus lokal terkonfirmasi COVID-19 dalam dua pekan pada Rabu setelah kota-kota menutup kawasan rentan penularan virus, mengisolasi kasus infeksi dan melakukan tes massal.

Badan Pos Kota Beijing mengatakan surat internasional yang tiba di kota itu harus disemprot disinfektan dan dibiarkan selama 48 jam sebelum diperiksa lebih lanjut, menurut stasiun TV pemerintah pada Selasa.

Langkah itu diambil setelah otoritas Beijing menemukan satu kasus lokal Omicron pada 15 Januari. Mereka mengatakan kemungkinan bahwa orang tersebut terinfeksi dari barang impor "tidak bisa dikesampingkan".

Baca juga: Wabah mereda, kasus COVID-19 di Tianjin di China berkurang

Jepang siap perluas pengendalian COVID-19

Jepang pada Rabu siap untuk memperluas aturan pengendalian COVID-19 hingga mencakup setengah dari populasinya karena varian Omicron mendorong jumlah kasus baru ke tingkat tertinggi.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida diperkirakan akan menyetujui rencana itu secara resmi setelah disepakati oleh panel ahli.

Langkah-langkah yang disebut kuasi-darurat itu membolehkan gubernur untuk memberlakukan pembatasan mobilitas dan bisnis, termasuk jam buka bar dan restoran yang lebih singkat serta larangan penjualan alkohol.

Aturan yang sudah diterapkan di tiga wilayah itu akan diperluas ke Tokyo dan 12 prefektur lainnya mulai Jumat hingga 13 Februari 2022.


Baca juga: Omicron picu rekor kasus, Jepang siap perluas kendali COVID-19

Kasus dengan gejala ringan sebabkan gangguan memori

Sebuah penelitian di Universitas Oxford Inggris menemukan bahwa pasien COVID-19 bergejala ringan yang tidak menderita "long COVID" masih dapat mengalami penurunan fokus dan daya ingat enam hingga sembilan bulan setelah terinfeksi.

Peneliti menemukan para peserta penelitian itu secara signifikan berkurang ingatannya tentang pengalaman-pengalaman pribadi – dikenal sebagai memori episodik – hingga enam bulan setelah terinfeksi.

Dalam tes, peserta menunjukkan hasil yang baik dalam kemampuan kognitif lain, termasuk dalam perencanaan dan pekerjaan.

Penelitian itu melibatkan 136 peserta.

Sumber: Reuters



Baca juga: Pasangan China yang terjebak dalam kencan "lockdown" kini bertunangan

Baca juga: Indonesia terima 1,4 juta vaksin AstraZeneca dari Belanda, Jepang

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2022