Kurban merupakan ibadah yang sifatnya lebih kepada arah interaksi sosial antarmanusia. Ibadah kurban menekankan aspek kepedulian serta kepekaan sosial dan memperkuat ukhuwah antarumat
Jakarta (ANTARA) - Akademisi dari Universitas YARSI Firman Arifandi, M.S mengatakan ibadah kurban merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan kepedulian dan kepekaan sosial serta memperkuat ukhuwah antarumat.

"Kurban merupakan ibadah yang sifatnya lebih kepada arah interaksi sosial antarmanusia. Ibadah kurban menekankan aspek kepedulian serta kepekaan sosial dan memperkuat ukhuwah antarumat," katanya ketika dihubungi di Jakarta, Senin.

Dosen agama di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI itu mengatakan ibadah kurban jika dikaitkan dengan kondisi pandemi COVID-19 juga memiliki makna yang positif sesuai prinsip agama, yang mengajarkan untuk senantiasa menjaga diri, selalu hidup rukun dan aman, senantiasa menjaga pola hidup sehat, beribadah dan bekerja sesuai porsi agar semua lini kehidupan berjalan dengan baik.

"Pandemi juga menguji semua pihak untuk benar-benar bisa berlapang dada membantu sesama. Karena banyak saudara-saudara kita yang terdampak. Maka akan sangat berarti rasanya, jika ada warga yang masih dikaruniai rezeki rela berbagi dengan mereka yang sedang merasakan kesusahan ini," katanya.

Ia menambahkan bahwa Idul Adha dan juga ibadah kurban merupakan momentum yang tepat untuk evaluasi diri sekaligus saling memaafkan dalam berinteraksi sosial baik dengan tetangga, saudara, dan pihak lainnya.

Menurut dia, optimisme menghadapi pandemi ini bisa dilakukan bersama dengan meneguhkan ukhuwah islamiyah, menyingkirkan rasa egois dan juga mengingatkan untuk saling menjaga diri dengan pola hidup sehat.

"Selain itu, jika di tahun ini belum mampu menyembelih hewan kurban, maka setidaknya tetap berbuat baik dengan tidak menyembelih hak orang lain, jika di tahun ini belum bisa tawaf mengelilingi Ka'bah, setidaknya jangan berhenti silaturahmi untuk mempererat ukhuwah. Jika belum sempat wuquf di Arafah, maka setidaknya jangan pernah berhenti munajat di atas sajadah," katanya.

Di tengah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak di sejumlah wilayah di Tanah Air, kata dia, maka masyarakat juga perlu untuk memastikan telah memilih hewan kurban yang sehat.

"Memang sudah seharusnya kaum Muslimin yang hendak berkurban sudah memilih hewan yang sehat demi menghindari mudarat berkelanjutan," katanya.

Ia menyatakan wabah PMK sejatinya sama dengan kondisi saat masyarakat menghadapi pandemi COVID-19 yakni perlu tetap waspada namun jangan panik dan ketakutan berlebih.

"Perlu waspada namun jangan panik, terlebih saat ini pemerintah juga terus bergerak cepat menangani wabah PMK ini," demikian Firman Arifandi.

Baca juga: Muslim Eropa-Turki sumbang hewan kurban untuk dhuafa-yatim Aceh

Baca juga: Selain di Indonesia, ACT sasar 43 negara distribusikan daging kurban

Baca juga: MUI: Kurban harus didedikasikan untuk menjawab masalah sosial

Baca juga: Berkurban angkat kesempurnaan sosial umat Islam

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022