Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr Giwo Rubianto Wiyogo meminta agar penyelenggara kompetisi sepak bola mengevaluasi prosedur keamanan yang melibatkan kerumunan massa terutama yang melibatkan perempuan dan anak.

“Kowani mengimbau kepada para pihak yang terkait dengan penyelenggaraan kompetisi sepak bola, untuk mengevaluasi kembali kegiatan-kegiatan yang melibatkan kerumunan massa dalam jumlah yang sangat besar. Prosedur dan protokol keamanan harus dipastikan berjalan dengan baik dan sempurna, sebelum memutuskan menggelar pertandingan akbar,” ujar Giwo di Jakarta, Selasa.

Kowani sangat prihatin dengan meninggalnya 33 anak dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022. Kowani sebagai ibu bangsa, lanjut dia, mempunyai tanggung jawab moral untuk melindungi anak-anak dari kegiatan yang berisiko dan berpotensi membahayakan jiwa.

“Termasuk dalam hal mendatangkan kerumunan massa dalam jumlah yang sangat besar seperti menonton pertandingan bola di lapangan,” terang dia.

Risiko-risiko tersebut hendaknya sudah dimitigasi oleh para perempuan dengan tujuan memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak-anak.

Baca juga: Keluarga korban tragedi Kanjuruhan diberi layanan psikososial

“Fanatik terhadap bola tidak salah, tetapi membawa anak-anak menonton dalam kerumunan massa yang besar tentu juga berisiko sehingga sebaiknya dihindari,” imbuh dia.

Kowani juga meminta pemerintah melalui Kemenpora untuk terus mengedukasi masyarakat agar kejadian tragis itu tidak terulang lagi.

“Kami turut prihatin dan menyampaikan rasa duka yang sangat mendalam terhadap korban tragedi yg menimpa sebagian penonton sepak bola tersebut terutama korban perempuan dan anak-anak,” kata dia lagi.

Dalam tragedi tersebut Kowani berpendapat bahwa bukan pada tempatnya lagi saling menyalahkan antar satu pihak dengan pihak lain. Apalagi jika sikap saling menyalahkan tersebut memiliki potensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

“Jangan memprovokasi, jangan pula mudah terprovokasi. Beri kesempatan aparat untuk melakukan proses penyelidikan hingga tuntas,” terang dia lagi.

Menteri Sosial Tri Rismaharini menyatakan bahwa tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang menewaskan 174 suporter klub sepak bola Arema FC, Sabtu (1/10), merupakan bencana sosial.

"Ini termasuk bencana sosial, Kementerian Sosial juga menangani konflik-konflik seperti di Papua, dan beberapa tempat, kami juga menangani," kata Mensos.

Mensos Risma mengatakan dalam penanganan tragedi Kanjuruhan tersebut, Kementerian Sosial memberikan santunan sebesar Rp15 juta per korban.***3***

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Sandi: Jangan saling tuding-menuding

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022