Pangandaran, Ciamis (ANTARA News) - Para ibu yang memiliki anak di bawah usia lima tahun (balita) di pengungsian korban bencana tsunami yang menerjang kawasan Pantai Selatan Kabupaten Ciamis pada Senin (17/7) mengeluhkan kekurangan bantuan susu dan pakaian bayi. Para ibu rumah tangga dan juga petugas kesehatan di beberapa pos komando (posko) pengunsian di Pangandaran, Sidamulih, Parigi dan Legokjawa kepada ANTARA News, Kamis, mengemukakan bahwa pasokan bantuan kelengkapan bayi itu masih belum ada. Mumuh Mujahidin (48), Kepala Desa Masawah, Kecamatan Cimerak, mengemukakan, hingga saat ini pihaknya belum menerima bantuan susu dan kelengkapan bayi, padahal sangat dibutuhkan. Menurut dia, di lokasi pengungsian di Balai Desa Masawah dan SD Masawah I, terdapat 80 bayi yang masih menyusu, sedangkan orang tua mereka telah kehilangan tempat tinggal dan sementara ini tidak dapat bekerja, selain pedagang kebutuhan bayi pun tidak ada lagi di kawasan tersebut. "Terus terang saja, yang saya khawatirkan saat ini adalah kesehatan para bayi. Kondisi pengungsian siang hari sangat panas dan malam dingin sekali, bantuan untuk bayi belum ada," kata Mumuh. Ia berharap, Posko Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam (Satlak PBA) dan ada donatur yang bisa memberikan bantuan susu, pakaian dan sejumlah kebutuhan bayi itu. Minimnya bantuan susu dan pakaian bayi itu juga diakui oleh dr Ny. Tini, Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Parigi. Hingga Kamis, menurut dia, pihaknya baru menerima satu dus susu bungkusan (sachet) untuk orang dewasa, yang jumlahnya sangat terbatas sehingga pembagiannya tidak merata. "Bantuan susu baru untuk orang dewasa, sedangkan susu bayi masih sedikit. Mereka sudah memintanya, dan saya sudah laporkan melalui Pak Camat Parigi," kata Tini. Ia menyebutkan, di lokasi pengungsian korban tsunami di Kecamatan Parigi tersebar di beberapa lokasi pengungsian, dan ada puluhan bayi dan balita yang menginap di tenda-tenda pengungsi di sana. Sementara itu, Ny Irah (45), salah seorang ibu menyusui dari Desa Legokjawa, menyatakan sangat membutuhkan bantuan susu bayi dan baju-baju untuk mereka. "Semua baju bayi saya tidak ada, terbawa tsunami, sedangkan rumah kami saat ini sudah rata dengan tanah," katanya. Ia juga mengemukakan, air susunya pasca-tsunami menjadi sulit keluar, sehingga bayinya sering rewel. "Mungkin stres. Untuk beli susu sendiri tidak punya uang," tambahnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006