Aden (ANTARA News) - Orang-orang bersenjata membunuh delapan polisi Senin dalam serangan di dekat sebuah terminal gas di Yaman selatan, kata seorang pejabat keamanan kepada AFP.

Serangan itu dilakukan ketika para polisi itu sedang berkendaraan ke sebuah pos pemeriksaan keamanan di dekat terminal Balhaf di provinsi wilayah selatan, Shabwa, kata pejabat itu.

"Orang-orang bersenjata di dalam dua mobil melepaskan tembakan ke arah polisi-polisi itu, menewaskan mereka di lokasi kejadian," katanya.

Ia belum bisa mengidentifikasi penyerang atau motif mereka melakukan serangan tersebut.

Senin pagi, seorang perwira pasukan khusus diculik oleh orang-orang bersenjata di sebelah timurlaut Balhaf, dan mayatnya ditemukan kemudian di daerah barat. Ia ditembak tiga kali.

Mayat perwira itu ditemukan tidak jauh dari lokasi dimana kedelapan polisi itu tewas, kata satu sumber keamanan lain.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2011 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013