Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak lima Buku Antologi Puisi Esai karya 23 penyair secara resmi diluncurkan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Rabu malam.

Fatin Hamama sebagai penulis dan editor dan selaku penyelenggara acara mengatakan. acara peluncuran buku penerbit  inspirasi.co dan JurnalSajak itu juga ditanadai dengan pertunjukan wayang kulit oleh dalang Sujiwo Tejo dengan lakon "Sastra Jendra Hayuningrat".

Dia mengatakan, dalam acara tersebut diisi pertunjukan seni dikawal oleh Sjiwo Tejo sebagai dalang  sekaligus presenter. Mengemas 23 puisi esai dalam satu pertunjukan pewayangan dengan alur cerita berasal dari cuplikan-cuplikan 23 puisi esai yang terdapat di dalam lima buku antologi puisi esai 23 penyair.

Sementara itu, Ahmadun Y Herfanda yang biasa menulis puisi lirik relijius, dengan puisi esainya justru menggarap tema baru mengenai konflik sosial dan ideologi. Begitu juga dengan 22 penyair lainnya yang kini fasih mengangkat tema sosial, mulai dari kisah pemberontakan komunisme, isu pelacuran, isu korupsi, isu diskriminasi sampai uraian seorang tokoh yang kini menjadi capres 2014: Jokowi.

Para penulis buku puisi esai itu, ada Sujiwo Tejo, Agus Noor, Chavchay Saefullah, Akidah Gauzillah, Anis Sholeh Ba'asyin, Dianing Widya, Ahmadun Yosi Herfanda, Anwar Putra Bayu, D. Kemalawati, Handry Tm, Mezra E. Pellondou, Salman Yoga S, Mustafa Ismail, Kurnia Effendi, Bambang Widiatmoko, Nia Samsihono, Anisa Afzal, Isbedy Stiawan ZS, Remmy Novaris, Sihar Ramses Simatupang, dan Rama Prabu.

Kelima buku yang diluncurkan tersebut, yaitu "Moro-Moro Algojo Merah Saga", "Sungai Isak Perih Menyemak", "Testamen di Bait Sejarah", "Serat Kembang Raya", dan "Jula Juli Asam Jakarta".

Dalam rilis peluncuran buku juga disebutkan bahwa sejak puisi esai ditulis Denny JA dan diterbitkan dalam buku Atas Nama Cinta, istilah puisi esai pun menjadi perdebatan, terutama di kalangan para penulis puisi dan sastrawan. Ada pihak yang menolak dengan keras, ada yang biasa-biasa saja, dan ada yang menyambut dengan gembira.

Perdebatan menjadi lebih keras lagi setelah terbit buku 33 Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sastra Indonesia terbitan Gramedia dan PDS HB Jassin. Denny JA masuk dalam list itu karena kepeloporannya dan followersipnya dalam puisi esai.

Dengan terbitnya lima buku puisi esai ini, sudah terbit sekitar 18 buku puisi esai. Direncanakan bulan April 2014, akan terbit lima buku puisi esai tambahan. Dalam usianya yang relatif pendek, puisi esai  terdokumentasi dalam total 23 buah buku puisi. Ini jumlah sebuah publikasi genre baru yang belum ada presedennya dalam sejarah sastra Indonesia.

Puisi esai yang dilahirkan Denny JA kini membuka dunia baru puisi. Ia kini menjadi salah satu bunga dan warna dalam aneka bungan di taman sastra Indonesia. (*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014