Ini bukan hanya kekalahan biasa. Ini bencana sejarah"
Madrid (ANTARA News) - Koran-koran Spanyol meratapi penghinaan dan malapetaka dari kalahnya juara dunia Spanyol dengan skor 1-5 dari Belanda pada laga pembuka mereka dalam Piala Dunia 2014.

Pada halaman depan sebagian besar koran-koran Spanyol terpasang foto kiper dan kapten Spanyol Iker Casillas berlutut dengan kepala tertunduk ketika para pemain Belanda berpesta usai meluluhlantakkan pertahanan Spanyol.

Harian olah raga utama di Madrid, Marca, meratap dengan menyebut kekalahan itu "malapetaka sejarah," sembari menyebut rangkaian gol Belanda sebagai hukuman untuk Spanyol.

Memanggul predikat juara Eropa dua kali ditambah juara Piala Dunia 2010, ekspektasi kepada Spanyol dalam kompetisi ini tidak lagi besar dan reaksi marah atas kekalahan semalam begitu pahit.

"Ini bukan hanya kekalahan biasa. Ini bencana sejarah. Tidak ada preseden pada skala ini dalam sejarah Piala Dunia," tulis Marca.

"Penghinaan" menjadi kata tunggal dalam headline surat kabar El Mundo.

"Awal yang konyol," sebut harian Sport yang berbasis di Barcelona pada halaman depannya.

Harian umum El Periodico di Barcelona menyebut sang juara bertahan yang disebut La Roja atau Si Merah, sebagai "Merah memalukkan".

Harian AS di Madrid meratapi "tumbang total" Spanyol pada babak kedua ketika mereka sempat unggul 1-0 pada separuh babak pertama berkat tendangan penalti kontroversial yang dieksekusi Xabi Alonso.

Koran-koran Spanyol mencatat dengan pahit bahwa hasil pertandingan --masing-masing dua gol dari Arjen Robben dan Robin Van Persie serta satu gol dari Stefan de Vrij-- adalah balas dendam yang manis bagi Belanda setelah kalah 0-1 dari Spanyol pada final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Pers Spanyol mencoba mengibur dengan hanya merujuk kepada kekalahan Spanyol pada laga perdana Piala Dunia empat tahun silam dari Swiss, yang malah membuat mereka terpacu menjadi juara dunia.

Kebanyakan komentator meratapi penampilan tidak efektif para pahlawan era lalu dalam skuat Spanyol, seperti Casillas, duo bek Sergio Ramos dan Gerard Pique serta duo gelandang Andres Iniesta dan Xavi Hernandez.

Beberapa kalangan meluksikan kekalahan itu sebagai tanda dari berakhirnya era sang juara dunia dan Eropa itu.

"Spanyol seperti sisa-sisa kekaisaran yang mengetahui akhirnya sudah dekat," tulis komentator Joan Maria Battle dalam harian Sport.

"Casillas sudah berubah. Pique dan Sergio Ramos tidak terkoordinasi, seakan mereka tak pernah bermain bersama," sementara Iniesta dan Xavi anjlok pada babak kedua, tulis Batlle.

Jika Spanyol ingin memperpanjang kemenangan beruntunnya setelah menjuarai Piala Dunia 2010 dan dua kejuaraan Eropa terakhir, maka pelatih Vicente del Bosque "akan harus segera mencari solusi", tulis Marca memperingatkan.

"Tugas paling sulit adalah menjaga semangat tim."

Pergantian tim mesti dilakukan pada pertandingan mendatang melawan Chile yang mengawali pertandingan dengan menang 3-1 dari Australia, pada 18 Juni nanti.

"Ini waktunya untuk berpikir cepat, gambarkan kesimpulan yang jelas dan buat perubahan logis pada starting line-up mendatang untuk bangkit dalam Piala Dunia ini," tulis Lobo Carrasco dalam harian olah raga Mundo Deportivo yang terbit di Barcelona.

"Menjadi juara sepertinya hampir mustahil, namun itu semua tergantung kepada mengalahkan Chile," sambung koran itu seperti dikutip AFP.



Pewarta: *
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014