Kendari (ANTARA News) - Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), melalui Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, mengembangkan teknologi pembesaran ikan sidat agar mencapai hasil yang maksimal.

Peneliti ikan sidat dari UHO Ir Utama Pangerang MSi di Kendari, Kamis, mengatakan, budi daya ikan sidat masih sebatas pembesaran, sebab benih ikan tersebut masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam.

"Saat ini kita masih melakukan penelitian mengenai bagaimana teknologi yang paling efisien untuk mempercepat proses pertumbuhan ikan sidat," ujar kandidat doktor yang mengambil disertasi mengenai budidaya ikan sidat itu.

Ia menyebutkan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk membudidayakan ikan sidat yakni pendederan benih ikan sidat yang masih berupa "glass ell" dari alam supaya dapat dipelihara dalam ekosistem buatan hingga benih ikan sidat berukuran elver.

Menurutnya, setelah benih ikan sidat berukuran elver benih tersebut masih harus dipersiapkan untuk menghasilkan sidat ukuran fingerling (10gr/ekor) dan selanjutnya siap dipelihara pada tahapan pembesaran.

Benih ikan sidat yang telah mencapai ukuran fingerling sudah dapat dipindahkan ke tempat pemeliharaan, baik itu kolam yang terbuat dari beton maupun terpal.

"Teknik dasarnya seperti itu, untuk mempercepat pertumbuhan ikan maka kami sedang melakukan perbandingan antara penggunaan pakan alami dan pakan buatan," ujarnya.

Ia menambahkan, pemanfaatan pakan sangat penting dalam proses pembesaran, sebab pakan yang baik akan mempercepat pertumbuhan ikan.

Dalam budi daya ikan sidat itu yang menjadi kendala adalah serangan parasit yang dapat membunuh ikan tersebut.

Untuk mengurangi serangan parasit, pihaknya menggunakan probiotik. Bakteri yang ada pada probiotik dapat membunuh bakteri yang menyerang ikan sidat.

Ikan sidat merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan permintaan ekspor yang sangat besar yakni 600 ribu ton/tahun.

Dari 19 jenis ikan sidat yang ada di dunia, sembilan jenis di antaranya hidup di Indonesia.

"Jadi, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk membudidayakannya," kata Utama.

Pewarta: La Ode Abdul Rahman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015