Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) kembali membuka kesempatan kepada dosen untuk melanjutkan pendidikan jenjang doktor atau S3 di luar negeri melalui Beasiswa Untuk Dosen Indonesia (BUDI LN).

"Dalam waktu satu pekan ke depan, kami membuka kesempatan untuk dosen-dosen mendaftar Program BUDI LN," ujar Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti, Ali Ghufron Mukti di Jakarta, Rabu.

Kemristekdikti kembali membuka kesempatan tersebut, setelah sebelumnya mengumumkan 168 penerima beasiswa BUDI LN.

Beasiswa tersebut diperuntukkan bagi dosen-dosen yang mengajar di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) asalkan telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) dan Nomor Induk Khusus (NIDK).

"Pada tahun ini, kuota untuk BUDI LN sebanyak 300 beasiswa. Namun, dari hasil seleksi kuota tersebut tidak terpenuhi. Beberapa penyebabnya karena tidak memenuhi syarat dan ada juga pelamar yang sudah mendapatkan beasiswa dari sponsor lain," ujarnya.

Kuota BUDI LN untuk tahap kedua yakni 130 beasiswa.

Tahapan seleksi untuk BUDI LN, lanjut Ghufron, tidak terlalu sulit, meliputi seleksi administrasi dan wawancara, serta cakap dalam kemampuan Bahasa Inggris.

Beasiswa BUDI bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di pendidikan tinggi. Salah satu permasalahannya adalah ada sekitar 59.000 dosen yang masih bergelar sarjana.

Padahal idealnya menurut UU Guru dan Dosen, tidak ada lagi dosen yang bergelar sarjana.

Beasiswa yang merupakan kerja sama Kemristekdikti dan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) itu terdiri atas beasiswa dalam negeri dan luar negeri.

Beasiswa itu diluncurkan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2016.

Kuota beasiswa yang dialokasikan yakni 2.000 beasiswa untuk dalam negeri dan 300 beasiswa luar negeri. Khusus untuk luar negeri, merupakan beasiswa program doktor atau S3.

Pewarta: Indriani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016