Surabaya (ANTARA News) - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menilai, bangunan pelindung kawasan pantai di bagian Utara maupun Selatan Jawa hingga kini masih sangat minim, sehingga ketika terjadi gelombang besar (pasang) warga dan pemukiman di dekat pantai terancam. "Kalau pun sudah ada, konstruksi dan penempatannya belum sesuai harapan," kata Praktisi Cuaca dan Kelautan BMG Maritim Tanjung Perak Surabaya, Eko Prasetyo, di Surabaya, Sabtu. Buktinya, berdasarkan kajian sementara yang dilakukannya, banyak terjadinya abrasi di pesisir Jawa, baik bagian Utara maupun Selatan akibat hantaman air laut pasang beberapa hari terakhir. Hantaman air laut pasang beberapa hari terakhir diantaranya telah mengakibatkan abrasi dan kerusakan fasilitas pantai di beberapa daerah seperti Anyer, Cilacap, Banyuwangi, Tuban dan lainnya. Karena itu, menurut dia, pembangunan fasilitas yang dapat menghindarkan atau mengurangi ancaman air laut pasang di kawasan pesisir Jawa mendesak untuk dilakukan. Fasilitas bangunan tersebut, diharapkan akan bisa mengurangi energi gelombang laut hingga ke pantai dan juga melindungi pantai secara langsung dari air laut pasang ataupun terpaan angin laut. Bangunan-bangunan pantai yang mendesak untuk dibangun diantaranya "jeti", "groen" dan pemecah gelombang (break water). "Jeti" adalah bangunan tegak lurus dengan pantai yang ditempatkan di dua sisi muara sungai. Fungsinya, untuk menahan laju gelombang ke muara dan mengurangi tingkat sedimentasi. "Groen" adalah bangunan di pantai yang menjorok ke laut yang sangat membantu mengurangi abrasi akibat hantaman gelombang. Sedangkan "break water" terdiri dari "break water" lepas pantai atau sambung pantai. "Break water" fungsinya tidak hanya menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, tetapi juga melindungi kapal yang merapat di dermaga atau pesisir, paparnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007