Solo (ANTARA News) - Ratusan orang dengan antusias mengikuti upacara tradisi "Gunungan Grebeg Syawal" 2017 yang digelar di Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah, Selasa.

Dalam kegiatan rutin pada masa Lebaran tersebut, masyarakat. mendapatkan berkah melalui simbol dua gunungan yang diperebutkan, yakni gunungan "jaler" (laki-laki) dan gunungan "estri" (perempuan).

Masyarakat memadati halaman Keraton Kasunanan untuk merebutkan dua gunungan berupa hasil bumi tersebut yang dipercaya akan mendatangkan berkah. Gunungan itu terdiri atas hasil bumi, seperti nasi, ketan, sayur-sayuran, dan telur.

Dua gunungan tersebut sebelumnya dipanggul keluar dari dalam Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta dan kemudian didoakan oleh para pemuka agama.

Gunungan "jaler" kemudian untuk rebutan masyarakat yang hadir, sedangkan gunungan "estri" dibawa kembali ke keraton untuk dibagikan di tempat itu.

KRA Winarno Kusumo, salah satu budayawan Solo mengatakan tradisi gunungan merupakan simbol syukur Sultan Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan masyarakatnya atas keberhasilan menempuh puasa selama satu bulan penuh.

Upacara adat itu merupakan wujud syukur keraton kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melindungi Sultan Pakoe Boewono XIII dan masyarakatnya.

Ia mengatakan kegiatan tersebut selain dikunjungi masyarakat Solo, juga dari Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, serta wisatawan dari luar daerah.

Keraton Kasunanan Surakarta dalam satu tahun mengeluarkan gunungan sebanyak tiga kali, yakni "Grebeg Syawal", "Grebeg Mulud", "Grebeg Besar" (Idul Adha).

Harno (45), salah satu warga Sukoharjo, mengaku selalu hadir setiap ada upacara tradisi gunungan Keraton Kasunanan Surakarta.

"Saya percaya jika mendapatkan makanan dari gunungan itu, menjadi berkah bagi keluarga. Saya mendapat sayuran ini semoga diberikan rezeki yang melimpah," katanya.

Agung, salah satu pengunjung asal Jakarta, mengaku senang bisa mengikuti upacara tradisi "Gunungan Grebeg Syawal" keraton yang digelar setiap tahun pada masa Lebaran.

"Tradisi keraton ini sangat menarik dan dapat mendatangkan banyak wisatawan untuk mengikuti upacara itu," kata Agung.

(U.B018/M029)

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017