Jakarta (ANTARA News) - Mantan pemimpin KPK Abraham Samad dan Busyro Muqoddas menilai bahwa upaya untuk mengungkap pelaku penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan sudah terlalu lama.

"Kita tahu bersama bahwa kasus Novel itu sudah ditangani lebih 200 hari, rentang waktu yang cukup lama yang seharusnya bisa digunakan maksimal oleh aparat untuk mengungkap pelaku tapi apa yang terjadi kita sangat prihatin karena tidak ada hal-hal yang bisa membuat kita percaya kasus ini bisa diselesaikan dengan cepat," kata Abraham dalam konferensi pers di gedung KPK Jakarta, Selasa.

Pada hari ini, dua orang pimpinan KPK yaitu Agus Rahardjo dan Basaria Panjaitan bertemu dengan mantan pimpinan KPK dan tokoh masyarakat serta pegiat anti-korupsi untuk membicarakan usulan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pengungkapan kasus penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan.

"Karena itu dalam diskusi kita sampai pada kesimpulan untuk mengusulkan ke pimpinan KPK agar bisa menyampaikan ke bapak presiden untuk sesegera mungkin membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta kasus Novel karena dalam waktu cukup lama aparat kepolisian tidak mampu mengungkap kasus ini," tambah Abraham.

Ia khawatir kalau kasus Novel tidak pernah diungkap maka tidak menutup kemungkinan kasus yang sama dapat kembali terjadi kepada pegawai atau pimpinan KPK lain.

"Dan penyerangan terhadap Novel tidak hanya penyerangan pribadi Novel an sich tapi penyerangan terhadap pejuang-pejuan antikorupsi atau penyerangan terhadap KPK yang sedang giat-giatnya memberantas korupsi tanpa pandang bulu," ungkap Abraham.

Sedankan Busyro Muqoddas juga mengatakan bahwa serangan terhadap Novel Baswedan bukanlah serangan terhadap pribadi Novel saja.

"Masuk hari ke-202 penyerangan, kami berdiskusi dan kami sepakat kasus ini bukan serangan ke pribadi Novel tapi serangan ke KPK dan serangan ke KPK berarti serangan kepada sistem pemberantasan korupsi. Kami ingin agar segera ada langkah-langkah lebih konkrit bagaimana upaya untuk menemukan dan mengurai pelaku kejahatan kepada Novel dan menjadi edukasi bagi masyrakat agar jernih kenapa kasus yang menimpa Novel sampai sekarang tidak ada tanda-tanda mencerahkan," kata Busyro.

Pertemuan tersebut dihadiri antara lain mantan pimpinan KPK jilid III yaitu Abraham Samad, Busyro Muqoddas,

Bambang Widjojanto, mantan pimpinan KPK jilid II M Yasin, Sekjen Transparansi Internasional Indonesia Dadang Trisasongko, peneliti LIPI Mochtar Pabotinggi, jurnalis senior Najwa Shihab, Direktur Amnesti Internasional di Indonesia Usman Hamid, Ketua Bidang Advokasi YLBHI Muhammad Isnur, mantan Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak dan sejumlah tokoh lainnya.

Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor di dekat rumahnyapada 11 April 2017 seusai sholat subuh di masjid Al-Ihsan dekat rumahnya. Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus menjalani perawatan di Singapore National Eye Centre (SNEC) sejak 12 April 2017.

Hingga hari ini yaitu pada hari ke-202 pasca penyerangan, pihak kepolisian belum juga mengungkapkan pelaku kasus tersebut meski sudah memeriksa banyak saksi, membuat sketsa terduga pelaku hingga menahan sejumlah orang yang kemudian dilepaskan lagi.

Sketsa pelaku yang ditunjukkan Kapolri seusai bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Senin (31/7) menunjukkan pelaku adalah pria dengan ciri-ciri tingginya sekitar 167-170 cm, berkulit agak hitam, rambut keriting dan badan cukup ramping.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017