Saya bawa yah puisinya, saya tidak bawa sepeda, tapi besok saya kirim sampai ke sini, besok saya kirim, nanti kasih alamatnya ya."
Pacitan (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mendapat satu puisi berjudul "Khalifah Kami" dari seorang santri di Pondok Pesantre Tremas, Pacitan.

"Pak, boleh minta waktu tidak Pak, untuk membacakan bacakan puisi," kata seorang santri bernama Ibnu Latif di Pesantren Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Sabtu.

Presiden datang ke ponpes itu untuk meninjau lokasi bencana sekaligus memberikan bantuan kepada warga yang terkena banjir bandang akibat Siklon Cempaka pada akhir November lalu.

Pacitan termasuk daerah yang cukup parah terkena bencana banjir dan longsor bahkan mengakibatkan 25 orang meninggal dunia dan puluhan rumah serta sekolah rusak.

"Jangan panjang-panjang, sebentar, puisinya saya baca dulu `nggeh`, saya tidak bisa baca," kata Presiden setelah membaca secarik kertas yang dibawa oleh Ibnu asal Banyumas tersebut.

Ibnu pun dengan lantang membacakan puisi untuk Presiden Joko Widodo itu.

"Khalifah kami, di hari ini di Pondok Tremas yang kami cintai, datang bak seorang malaikat yang datang bagai merpati," kata Ibnu mengawali puisinya.

"Dengan anggun mengobati gerah hati ini, akibat air bah yang bertamu di pondok kami, dengan semangatnya memacu energi kami hati agar kuat menghadapi kenyataan ini, kucium semerbak harum akan pengabdian sejati," tambah Ibnu.

"Beliau lah khalifah negeri ini, bukan negeri Islam yang pasti, tapi negeri yang penuh cinta warna dan budaya, beliau lah khalifah kami, pemimpin kami, beliaulah Bapak Jokowi," ungkap Ibnu.

Selesai membacakan puisi, Ibnu pun mendapat tepukan dari ratusan santri dan santriwati lain yang menunggu di lapangan ponpes.

"Saya bawa yah puisinya, saya tidak bawa sepeda, tapi besok saya kirim sampai ke sini, besok saya kirim, nanti kasih alamatnya ya," sambut Jokowi sambil tersenyum.

Selain mengunjungi pesantren Tremas, Presiden juga mengunjungi pondok pesantren Al Fattah Kikil di desa Arjosari, Pacitan, yang juga terkena bencana banjir.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017