Yogyakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta para santri pondok pesantren menjadi agen pengusung moderasi Islam yang mampu memahami secara menyeluruh antara pendekatan teks, konteks, serta nalar dalam beragama.

"Moderat itu `wasathiyah` (ada di tengah-tengah), tidak berlebihan," kata Menteri Lukam dalam acara Halaqah Santri Nusantara di Gedung Multi Purpose Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Rabu.

Dalam acara bertema "Penguatan Wawasan Kebangsaan Dan Moderasi Islam Untuk Generasi Milenial" itu Lukman mendorong agar para santri tetap menjaga kesimbangan dalam memahami konteks dan teks agama, serta nalar atau akal.

Menurut dia, apabila sejumlah pendekatan itu dipahami secara timpang maka akan muncul bibit ekstremisme dalam beragama serta liberalisme di sisi lainnya.

"Yang ekstrem begitu mendewakan teks lalu mengabaikan akal atau nalar. Semenara di kutub lain sangat mendewakan akal lalu mengabaikan teks itu sendiri," kata dia.

Pendekatan secara menyuluruh dalam memahami teks agama, menurut dia, perlu dimiliki oleh para santri. Pasalnya, benturan di antara sejumlah pendekatan itu telah berkontribusi memunculkan pertumpahan darah seperti yang terjadi di sejumlah negara.

"Tidak mungkin memahami kitab suci serta riwayat para rasul tanpa merujuk teks. Tetapi juga mana mungkin berpegangan teks semata, lalu mengabaikan nalar, mengabaikan konteks," kata Lukman.

Oleh sebab itu, menurut Menag, tradisi keilmuan yang selama ini telah tumbuh di Pondok Pesantren (Ponpes) harus selalu dilestarikan karena terbukti mampu mengharmonisasikan pendekatan teks, konteks, serta nalar dalam beragama.

"Jadi inilah yang menurut hemat saya perlu dipahami adik-adik santri sehingga Islam yang berkembang di negara yang sangat religius ini adalah Islam yang moderat, tidak ekstrem," kata dia di hadapan ratusan santri yang hadir dalam acara itu.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018