Palangka Raya (ANTARA News) - Sejumlah lahan pertanian milik masyarakat Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah mulai terdampak banjir akibat meluapnya air Sungai Kahayan sejak beberapa waktu lalu.

"Kemarin saya turun langsung ke sejumlah daerah yang kebanjiran. Salah satu yang menjadi perhatian saya di kawasan Kalampangan yang merupakan sentra pertanian mulai terdampak banjir," kata Wali Kota Palangka Raya, HM Riban Satia, Kamis.

Riban mengatakan, sejumlah lahan pertanian milik petani terendam air. Bahkan sejumlah tanaman mulai rusak akibat genangan air di lokasi pertanian tak kunjung surut.

"Tanaman yang baru ditanam terancam mati. Sementara yang siap panen juga terancam rusak," katanya juga.

Untuk itu dia menginstruksikan Dinas Ketananan Pangan dan Pertanian, Dinas Sosial serta lurah untuk mendata luas lahan pertanian yang terdampak banjir luapan air Sungai Kahayan.

"Saya minta secepatnya pendataan ini segera di selesaikan dan segera dilaporkan agar kita bisa segera merumuskan intervensi yang bisa kita berikan kepada para petani di sana," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data dari BPBD Kota Palangka Raya, sebanyak 10.944 warga Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah ini tercatat sebagai korban banjir akibat meluapnya debut Sungai Kahayan.

Selain menetapkan status tanggap darurat, pemerintah Palangka Raya juga telah menerjunkan tim kesehatan serta membuat posko dan mendirikan pengungsian guna membantu masyarakat korban banjir.

Sampai saat ini, pemerintah kota melalui tim kesehatan dan para relawan telah menangani kesehatan puluhan korban banjir dengan keluhan diantaranya seperti diare, ISPA dan gatal-gatal.

Masyarakat pun diminta sebisa mungkin menjaga kesehatan dan mewaspadai penyebaran sejumlah penyakit yang berpotensi menjangkit para korban banjir.

Penyakit seperti ISPA, diare, tifus, gatal-gatal dan DBD harus diwaspadai. Kenali setiap gejala penyakit tersebut. Jika terindikasi terjangkit tersebut segera lapor pada petugas kesehatan terdekat agar bisa segera ditandani.

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018